Langsung ke konten utama

Asa 7 Petahana di 7 Pilkada Kalbar…


Siap-siap, tanggal 9 Desember 2015 nanti akan dilaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara serentak di seluruh Indonesia. Di wilayah Provinsi Kalimantan Barat akan ada 7 Pilkada di 7 kabupaten.

Ada 19 pasang bupati dan wakil yang akan berebut 7 pasang kursi bupati-wakil bupati. Berikut ini nama-nama calon bupati dan wakil sesuai dengan nomor urut pasangan masing-masing. 

1.Kabupaten Sintang:
1.      Agrianus-M Chomain Wahab
2.      Ignasius Juan-Senen Maryono
3.      Jarot Winarno-Askiman

2. Kabupaten Sambas:
1.      Juliarti –Hasanusi
2.      Tony-Eka
3.      Atbah-Hairiah

3. Kabupaten Ketapang:
1.      Martin Rantan-Suprapto dari jalur perseorangan
2.      Andi Djamiruddin-Chanisius Kuan (PDIP)
3.      Boyman Harun-Gurdani Achmad (PAN, Nasdem)
4.      Darmansyah-Uti Rushan.

4. Kabupaten Sekadau:
1.      H.Pensong SE-Cristian Amon
2.      Rupinus SH.M.Si-Aloysius SH.M.Si
3.      Simson S.KM.M.Kes-Drs.Paulus Subarno M.Si

5.Kapuas Hulu
1.      A.M.Nasir,SH-Antonius L.Ain Pamero,SH
2.      Fransiskus Diaan,SH-Andi Aswad,SH

6. Kabupaten Melawi:
1.      Panji-Dadi
2.      Firman-John

7. Kabupaten Bengkayang
1.      Sebastianus Darwis-Rurakhmad
2.      Suryadman Gidot-Agustinus Naon.

Dari 7 kabupaten tersebut ada 3 kabupaten yang diikiti dua pasang calon, yakni Bengkayang, Melawi dan Kapuas Hulu.  Yang menarik adalah adanya dua pasan calon dari perorangan, yakni di Ketapanf.

Dari 19 pasang tersebut ada tujuh orang incumbent/petahana. Yakni Ignasius Juan (mantan wabup Sintang); Juliarti (mantan bupati Sambas; Boyman Harun (mantan wabup Ketapang); Rupinus (mantan wabup Sekadau); A.M.Nasir (mantan bupati Kapuas Hulu); Panji (mantan wabup Melawi); Firman Muntaco (bupati Melawi); Gidot (mantan bupati Bengkayang).

Menarik untuk diikuti, apakah petahana bisa memenangi Pilkada ini? Ataukah orang baru yang akan memenanginya? Belajar dari Pilkada sejumlah kabupaten pada tahun lalu, ada beberapa orang baru yang menang, seperti Paolus Hadi yang kini menjadi Bupati Sanggau.***  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami rupany