Langsung ke konten utama

Di Malino Melahirkan Pewarta Credit Union...

Untuk keempat kalinya saya dipercaya Pusat Koperasi Kredit Badan Kordinasi Credit Union Kalimantan (Puskopdit BKCUK). Yang pertama selama lima hari. Yang kedua selama tiga hari sebagai bagian dari materi Diklat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) di Malino tahun 2013 (siang dan malam). Yang Ketiga, selama tiga hari, juga bagian dari materi dalam PSDM di Jogyakarta tahun 2014 (siang dan malam). Dan yang keempat selama dua hari, siang dan malam, tanggal 28 dan 29 Juli 2015 di Wisma Samadi, Malino. Mulai tahun ini PSDM ditiadakan dan diganti dengan Diklat berjenjang, yakni Diklat Pimpinan Manajemen Tingkat I (DPM I) dan Diklat Pimpinan Manajemen Tingkat II (DPM II).

Puskopdit BKCUK sangat menyadari pentingnya keterampilan menulis dimiliki seluruh aktivis credit union.Karena itulah pelatihan menulis ini rutin dilaksanakan. Puskopdit BKCUK juga sangat menyadari peran dan dampak media massa terhadap semua aspek kehidupan. Karena itulah diharapkan aktivis CU aktif menulis di media massa. Di era kini, media massa sudah menjadi kebutuhan harian umat manusia, seperti makanan dan minuman. Media mempunyai dampak yang sangat hebat. Berdasarkan sejumlah penelitian, orang lebih percaya kepada media massa ketimbang tokoh ataupun pemimpin. Karena itulah, aktivis CU harus menggunakan media massa untuk menyebarluaskan tentang credit union.


Dalam DPM II ini, ada 29 orang peserta yang berasal dari 9 credit union dan staf Puskopdit BKCU Kalimantan. Yakni CU Pancur Dangeri-Balai Semandang (Kalbar), Kasih Sejahtera-Atambua (NTT), Sauan Sibarung-Toraja (Sulsel), Remaung Kecubung-Pangkalanbun (Kalteng), Mambuin (Papua), Bererod Gratia (Jakarta), Liku Aba-Wetebula (Malulu), Hati Amboina (Ambon), Bahtera Sejahtera-Maumere (NTT).

Proses pelatihan selama dua hari dua mala mini disajikan dalam bentuk teori dan praktek; empat puluh persen teori dan enam puliuh persen praktek. Selama pelatihan ada tiga kali praktek menulis. Yang pertama menulis dengan tema bebas; yang kedua menulis berita; yang ketiga menulis opini. Sesi terakhir diisi komitmen pribadi dan CU/lembaga serta pos tes, yakni tes tertulis dengan lima soal tentang materi pelatihan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah peserta bisa menangkap teori/ilmu yang disampaikan.

Saya senang karena peserta sangat antusias mengikuti sesi penulisan ini, baik ketika teori maupun praktek. Mereka rajin bertanya, sharing serta hasil praktek penulisan yang relatif sudah baik.

Di akhir acara semua peserta mempunya komitmen pribadi untuk menulis, seperti membuat buku diari, blog dan media social. Secara kelembagaan peserta juga berkomitmen untuk membuat blog CU, membuat akun facebook CU, membuat majalah dinding CU, membuat newsletter CU, rutin menulis untuk media dan website bagi yang sudah ada.

Semoga apa yang menjadi komitmen peserta ini mereka wujudkan sebagai bentuk kontribusi nyata untuk kehidupan yang lebih baik melalui tulisan; serta makin menyebarluaskan credit union ke seluruh penjuru Nusantara ini.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami rupany