Langsung ke konten utama

Misa Langka di Pontianak 28 Agustus 2014

Hari Kamis, 28 Agustus 2014 pertama kali dalam hidup saya mengikuti misa (perayaan ekaristi kudus) yang langka. Ya, langka, karena seumur hidup saya yang sudah 44 tahu, baru inilah bisa mengikuti misa yang sangat langka dalam gereja Katolik. 
 
Mgr.Agus menerima pallium dari Paus Fransiskus

Inilah misa pengukuhan Mgr. Agustinus Agus Pr, sebagai Uskup Agung Pontianak. Misa dipimpin oleh Mgr.Bumbun.  Inti dari misa pengukuhan ini adalah pembacaan surat penunjukkan Mgr. Agus dari Paus Fransiskus sebagaiu Uskup Agung Pontianak oleh Dubes Vatikan. Surat itu kemudian diserahkan kepada Mgr. Agus. Selanjutnya diserahkan tongkat gembala yang baru kepada Mgr.Agus. Acara dilanjutkan dengan ritual misa seperti biasa. Selesai ada sejumlah sambutan dan ditutup dengan makan siang bersama.

Dalam khotbahnya Mgr.Bumbun, dengan menceritakan kisah ayah dan anak penunggang keledai yang tidak punya pendirian, selalu ikut perkataan orang, uskup putra Dayak Mualang ini berpesan agar Mgr. Agus punya pendirian, tidak mudah dipengaruhi umat ke sana kemari. "Dalam kunjungan saya ke umat, tidak selalu umat menyambut saya dengan kalungan bunga atau tari-tarian; kadang umpatan,"ujar Mgr. Bumbun.


Pallium Mgr.Agus


Penunjukan Mgr. Agus sudah lama dilakukan oleh Paus Fransiskus. Tepat hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus di Basilika Santo Petrus (29/6) Paus Fransiskus mengalungkan pallium kepada 24 uskup agung yang baru diangkat, termasuk di antaranya Mgr. Agustinus Agus. Mgr. Agus diplot Vatikan harus menggantikan Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap yang segera akan memasuki masa pensiun.


Pallium merupakan simbol yang hanya diberikan kepada Paus dan Uskup Agung.Kata pallium berasal dari kata bahasa Latin palla yang berarti ‘jubah wol’. Sesuai tradisi, seorang uskup agung baru akan menerima pallium pada hari Raya Santo Petrus dan Santo Paulus. Pallium itu boleh dikenakannya setiap misa selama masih aktif menjabat sebagai uskup agung. Ketika pensiun, pallium tidak akan dikenakan lagi. Demikian juga ketika seorang uskup agung dipindahkan ke wilayah keuskupan agung yang baru, dia akan dianugerahi pallium baru oleh Paus. Upacara pengalungan pallium oleh Paus dilakukan sebelum misa pukul 09.30 waktu Roma yang dihadiri tidak kurang dari 200 konselebran yang terdiri dari para uskup agung, kardinal, dan uskup. (http://www.mirifica.net/2014/07/04/pesan-paus-untuk-mgr-agustinus-agus-uskup-agung-baru-untuk-keuskupan-pontianak/)


Dalam misa itu Paus berpesan agar para uskup agung baru tersebut meneladani Petrus yang meletakkan keamanan dirinya pada Tuhan ketika dia merasa ketakutan akan kelemahannya sendiri. “Saya bertanya-tanya, para uskupku yang terkasih, apakah kita merasa takut? Apa yang kita takutkan? Dan jika kita takut, apa bentuk perlindungan yang kita cari di dalam hidup pastoral kita, dalam menemukan rasa aman?” demikian rentetan pertanyaan Paus terlontar dalam homilinya.


“Petrus mengalami bagaimana kesetiaan Tuhan selalu melebihi tindakan ketidaksetiaan kita, dan lebih kuat dari segala penyangkalan kita. Petrus menyadari bahwa kesetiaan Tuhan menghilangkan ketakutan kita dan jauh melebihi perhitungan manusia.”


Paus mengajak para uskup agung untuk mengingat Rasul Petrus yang mempercayakan diri sepenuhnya pada Tuhan. “Kepercayaan inilah yang mengenyahkan segala ketakutan, membebaskan kita dari perbudakan dan godaan duniawi. Petrus dipenuhi rasa penyesalan. Tetapi setelah mengakui kelemahannya, dia tidak mendasarkan pada kekuatan dirinya sendiri, melainkan menyerahkan dirinya pada kasih Yesus. Inilah saat dimana segala ketakutan, rasa tidak aman dan perasaan pengecut kita dihilangkan. Kesetiaan Tuhan jauh melebihi ketidaksetiaan kita. Tuhan tidak pernah menyangkal kita,” pesan Paus Fransiskus.


“Ikutlah Aku dengan kesaksian hidup yang ditempa oleh rahmat permandian dan kuasa suci. Ikutlah Aku dengan bercerita tentang Aku kepada sekelilingmu, setiap hari, di dalam pekerjaanmu, di setiap percakapanmu dengan teman-temanmu,”


Pada penutup homilinya, Paus berpesan agar kita meneladani Yesus dengan menyebarkan kabar suka cita terutama kepada mereka yang berkekurangan, supaya tidak ada seorang pun yang tidak mendengar sabda yang akan membebaskan kita dari setiap rasa takut dan membuat kita bisa mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ikutlah Aku.”

Siapakah Mgr.Agus?
Mgr.Agustinus Agus
Mgr. Agustinus Agus lahir tanggal 22 OKtober 1949 di Lintang Pelaman, Kabupaten Sanggau (Kalbar). Ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 6 Juni 1977 dan terpilih menjadi Uskup di Keuskupan Sintang pada tanggal 29 Oktober 1999 menggantikan Mgr.Isaak Doera,Pr. Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada 6 Februari 2000, dengan Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ sebagai Penahbis Utama. Duta Besar Vatikan untuk Indonesia kala itu, Mgr.Renzo Fratini dan Uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Bumbun, OFM Cap menjadi  Uskup Ko-Konsekrator.

Selamat berkarya Monsigneur Agus untuk menggembalakan umat Katolik di kota Pontianak, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang.*[evp]
  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei...

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami ru...

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K...