"Tuhan
terlalu cepat semua
Di sepanjang jalan yang saya lalui suasana perayaan
kemerdekaan tidak terasa. Orang-orang beraktivitas seperti biasa, seperti yang
naik turun bis ini. Hanya Terlihat beberapa pentas kecil di pinggir jalan yang aka
nada hiburan malamnya. Di semua kantor pemerintah dan sekolah dilaksanakan
upacara bendera. Jalur yang dalam hari normal terkenal padat ini, hari itu
lengang.
Meski
menyesakkan, naik bis ini membawa banyak kisah: ada suka dan keprihatinan di hari kemerdekaan Indonesia.
Setelah berdiri sekitar setengah jam, saya mendapat tempat duduk dekat jendela.
Sepanjang jalan berjejer rumah penduduk dengan latar belakang hutan buatan.
Yakni pohon sengon, jati, bambu. Beda sekali dengan pohon di Kalimantan.
Di beberapa tempat terlihat sawah terasering.
Di
terminal Magelang, karena ngetemnya cukup lama, ada banyak jenis pedagang
asongan, pengamen dan pengemis yang masuk bis. Yang menarik perhatian saya
adalah lelaki pengemis buta yang diiringi perempuan (mungkin isterinya).
Kau panggil satu satunya yang tersisa
Proklamator tercinta
Proklamator tercinta
Jujur lugu
dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia....
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia....
Bait awal
lagu "Hatta' dari Iwan Fals yang dinyanyikan dua orang pengamen di dalam
bis Ramayana di terminal Jombor, Jogya pagi itu membangunkanku dari lamunan.
Saya baru ingat, hari Minggu ini adalah 17 Agustus, peringatan ulang tahun
kemerdekaan Indonesia. Tidak ada hiruk pikuk agustusan di terminal antar kota
yang menghubungkan kota-kota di Jawa ke Jogyakarta pagi itu. Saya beruntung,
inilah kali pertama bisa merasakan nuansa hari kemerdekaan di tanah Jawa. Hari ini saya ingin mengunjungi anak kami Raja yang baru sebulan sekolah di SMA Sedes dan tinggal di asrama.
Saya naik bis patas Ramayana dari terminal Jombor. Tepat pukul 06.25 bis Patas "Ramayana" berangkat
menuju Semarang. Hanya setengah saja penumpangnya karena (mungkin hari libur). Saya memilih kursi persis di belakang supir. Karena alasan
keamanan dan kenyaman, pilihan kursi itu agar saya tidak kelewatan dari SMA
Sedes di Bedono. Jarak Jogya-Bedono sekitar 55 kilometer. Bedono cukup
dingin karena berada di ketinggian 711 m di ataspermukaan laut; lokasi
tertinggi yang dilewati oleh jalur utama yang menghubungkan Jogya- Semarang.
Jalur Jogya-Bedono melewati Kabupaten Magelang. Kota kecamatan yang ramai yang
dilewati antara lain Muntilan, Secang, Tidar.
- Jalanan di Magelang terlihat lengang (foto by edi v.petebang)
Tepat
pukul 08.15 saya turun di dekat SMA Sedes. Karena di sekolah sedang ramai
siswanya, saya turun di ujungnya, di rumah Bu Tatik. Rumah ini tempat saya
menginap ketika mengantar Raja sebulan lalu. Rupanya siswa SMA Sedes ikut upacara 17 Agustus di
Kantor Desa Bedono. Sekitar pukul 10.00 wib barulah mereka datang ke sekolah.
- Raja, setelah sebulan di asrama Sedes (foto: edi v.petebang)
Saya
senang karena Raja merasa betah di asrama. Apalagi ia dipilih kawan-kawan
asramanya sebagai ketua angkatan 2014. "Dik Raja aktif di kegiatan
sekolah, Pak,"jelas Pak Ario, pembina asramanya. Hari sebelumnya, 16
Agustus, SMA Sedes merayakan 25 tahun berkarya. Raja salah seorang pengisi
acaranya. Ia memainkan gitar sape' mengiring nyayian lagu daerah. Agustusan ini
ia juga menjadi anggota paduan suara sekolanya.
Setelah
bersama sekitar dua jam, karena Raja akan latihan paduan suara dan saya pun
harus pulang ke Jogya, kami pun berpisah.
Aneka ria bis umum
Setelah
menunggu sekitar setengah jam, saya naik bis pulang ke Jogya. Kali ini dapat
bis non ac; sesuai saran penjual di warung agar naik bis apa saja yang paling
cepat dapat. Bis disesaki penumpang dengan aneka bau badan dan macam-macam
bawaan; bahkan ada yang membawa ayam jago.
- Persawahan di tepi jalan Jogya-Bedono
Naik bis
non ac ini menjadi lebih lama dibanding bis patas ac karena sering berhenti.
Bahkan di setiap terminal berhenti (ngetem) mencari penumpang antara 10-15
menit. Di terminal Tidar, Magelang, ketika bis
mulai berjalan, dari kursi belakang saya dengar ada suara mirip Atiek CB.
Ternyata ada pengamen wanita yang berdandan dan bernyanyi meniru suara Atiek CB
diiringi gitar dari seorang pria temannya.
- Pengemis tuna rungu di terminal Magelang (foto: edi v.petebang)
Di
Muntilan, bis melalui pasar rakyat yang menjual aneka macam produk di pinggir
jalan. Di tepi jalan raya Muntilan kita bisa saksikan banyak beragam jenis,
bentuk dan ukuran patung dari batu yang dijual.
Di ujung
Magelang ketika bis berhenti, masuk dua orang pengemis perempuan setengah baya.
Mereka membagikan amplop kecil bertuliskan "mohon bantu untuk membeli susu
anak kami". Selesai menyanyi, amplop-amplop tersebut dikumpulkan kembali.
Ini model ngamen yang baru pertama kali saya temui. Saya sempatkan memfoto tulisannya dengan hp. Ada-ada saja cara orang
mencari uang...
- Cara kreatif pengamen..(foto:edi v.petebang)
Sesampai
di tengah kota Magelang, bis ngetem di dekat carefour. Di tiang listrik di
pinggir jalan saya lihat tiga orang pengamen berbagi saling menghisap setengah
batang rokok setelah turun dari ngamen di bis.
Sekitar
pukul tiga sore, sekita 2,5 jam perjalanan, sampai di dekat terminal
Jombor. Sebagian besar penumpang turun dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan
entah kemana. Dari terminal Jombor, naik Trans Jogya ke shutle di
terminal Condong Catur.Dari
Condong Catur naik dijemput Mas Aris, staff CU Cindelaras Tumangkar dan kembali ke wisma Pojok Indah.
Dirgahayu
kemerdekaan Indonesia..
Komentar