Langsung ke konten utama

Marselus Sunardi, “Hidupku untuk Credit Union”



Gawai akbar insan credit union dalam jaringan Puskopdit BKCUK ditutup dengan pelantikan pengurus dan pengawas periode baru 2012-2015 dalam misa kudus. Untuk kedua kalinya suara terbanyak anggota Puskopdit BKCU Kalimantan diberikan kepada  Drs. Marselus Sunardi sebagai pengurus BKCUK. Pada pemilihan tahun 2008 ia juga meraih suara terbanyak namun karena ia berjiwa besar mengaku belum siap menjadi ketua. “Kali ini rasanya pengalaman yang saya dapat pada periode sebelumnya di kepengurusan BKCUK, maka saya lebih mantap dan lebih percaya diri memimpin lembaga sebesar BKCUK ini,” jelasnya.
Nardi, demikian ia akrab disapa, meraih 24 suara; disusul Pastor Fredy Rante Taruk, Pr 16 suara; Pastor Urbanus Hala, Pr 13 suara; Daminaus Djampi 7 suara;  Ambu Naptamis 6 suara; Victorina Budi 5 suara; Antonius Anyu 4 suara. Ada 11 calon pengurus dan 4 orang calon pengawas yang bersaing.

Siapakah Marselus Sunardi? Bagi aktivis CU tentulah sudah familiar dengan Sunardi. Ia bukanlah orang baru di BKCUK. Periode sebelumnya Sunardi adalah wakil ketua Pengurus; BKCUK. Tentu karena kinerjanya yang baik maka ia dipercaya anggota. “Saya sangat mencintai credit union. Hidup saya, saya baktikan untuk credit union,”ujarnya dalam satu kesempatan.

“Kisah cinta” Sunardi dengan credit union bermula tahun 1993, tepatnya tanggal 18 September 1993, saat ia secara nyata menjadi anggota CU Lantang Tipo di Bodok, Sanggau. Ia mau menjadi anggota CU kala itu karena mengetahui bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip CU yang mulia karena bisa menolong banyak orang. Sebagai anggota ia sangat aktif. Karena itulah tiga tahun kemudian, tahun 1996, ia terpilih sebagai anggota Pengurus CU Lantang Tipo.  

Sebagai guru, ia sangat prihatian dengan gaya hidup masyarakat, khususnya masyarakat Dayak—saudara sebangsanya-- yang konsumtif dan beratnya kehidupan masyarakat pedesaan akibat krisis ekonomi tahun 1997-1998. “Masyarakat mempunyai sumber penghasilan, tetapi tidak memiliki tabungan sebagai cadangan masa depan yang baik. Seluruh penghasilan habis karena terpengaruh kehidupan konsumeristik. Masyarakat tidak mampu menentukan prioritas pengeluaran, mempunyai banyak anak yang tidak bersekolah dan lain-lain,”terang pria yang murah senyum dan humoris ini.

Kondisi ini mendorongnya untuk mencari cara bagaimana agar masyarakat dapat keluar dari lingkaran kemiskinan absolut. Ia pun menjatuhkan pilihan pada credit union untuk solusi itu. “Sebab CU itu sangat dekat dengan rakyat dengan inovasi yang mengkombinasikan budaya lokal dan teknologi informasi serta budaya global,”jelasnya.

Keprihatinan itulah yang ia dan kawan-kawan pengurus, pengawas dan manajemen jawab melalui pengembangan CU Lantang Tipo. Di CU yang terbesar di Indonesia ini Sunardi pernah menjadi Sekretaris, Bendahara, dan Wakil Ketua. Ia juga aktif dalam pelatihan-pelatihan tentang credit union baik di dalam maupun di luar negeri.

Sunardi lahir dan besar di kampung Pejugan, Kabupaten Sanggau, Kalbar dari pasangan MB. Judah dan Dominika Serian. Sulung dari enam bersaudara ini sejak kecil sudah menunjukkan bakat kepemimpinannya. Kerapkali ia memimpin teman-temannya dalam berbagai kegiatan, baik di kampung dan di  sekolah. “Saya merasa bahwa jalan hidup yang ditentukan Tuhan adalah aktif di credit union dan “terlanjur” jatuh cinta kepada gerakan ini,”tuurnya.

Menurutnya bila CU dikelola dengan baik dan benar, maka kesejahteraan para anggotanya sungguh menjadi nyata. Tiap individu yang disadarkan tentang tanggung jawabnya terhadap masa depan, baik pribadi maupun bersama-sama pasti berani keluar dari kebiasaan tidak produktif menjadi produktif.

Diwawancarai usai terpilih sebagai ketua pengurus BKCUK, Nardi mengatakan ada tiga program prioritas yang akan dilakukannya bersama pengurus lain dan manajemen BKCUK. Pertama, pembenahan keorganisasian Puskopdit BKCUK. Misalnya, periode sekarang pengurus akan menunjuk beberapa tokoh gerakan CU untuk menjadi penasihat. Kedua, pembenahan komunikasi dan informasi di BKCUK, termasuk perbaikan program komputer di CU yang banyak dikeluhkan anggota serta melakukan promosi tentang gerakan CU dan s KCUK. Ketiga, melakukan advokasi untuk sejumlah isu krusial terkait dengan gerakan credit union. “Isu yang paling hangat sekarang adalah pajak untuk koperasi. Kita akan melakukan audiensi dengan pihak pajak dilengkapi data untuk menjelaskan tentang CU ini, baik di level daerah maupun nasional. Jika memang cara ini tidak berhasil, kita akan melakukan gugatan yudicial review ke Mahkamah Konstitusi,”jelasnya kepada Edi V.Petebang dari CUreview.

Selamat. Semoga CU semakin menjadi alat memutus lingkaran setan kemiskinan.    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami rupany