Langsung ke konten utama

Selamat Datang PECUNIA…


CU-CU dalam kordinasi Puskopdit BKCU Kalimantan memulai langkah baru untuk menyebarluaskan “CU Filosofi Petani” ke dunia internasional dengan PECUNIA.

 Strategic Planning (SP) Pusat Koperasi Kredit Badan Kordinasi Credit Union Kalimantan (BKCUK) tanggal 19-22 Oktober 2011 di Yogyakarta menghasilkan tiga keputusan penting sebagai peta jalan (road map), pemandu arah CU-CU primer dan BKCUK setidak-tidaknya dalam 10 tahun ke depan (2011-2021). Keputusan penting pertama adalah membentuk Perkumpulan Credit Union Nusantara Indonesia (PECUNIA). Kedua, dirumuskannya visi dan misi BKCUK. Ketiga, disepakatinya program kerja BKCUK. 

Wacana pembentukan wadah untuk memperpendek komunikasi dengan ACCU dan CU lain di luar negeri sebenarnya sudah lama menjadi bahan diskusi; namun akhir-akhir ini pembentukan itu semakin urgen dilaksanakan.  Menurut AR. Mecer, Ketua BKCUK, ada dua latar belakang, alasan utama pembentukan wadah ini. “Pertama, CU-CU di bawah kordinasi Puskopdit BKCU Kalimantan mempunyai kekhasan sendiri; beda dengan CU lain di bawah kordinasi Puskopdit lain (Filosofi Petani-red); kedua, selama ini BKCUK justru sering didiskreditkan sebagai CU yang jalan sendiri,”jelasnya kepada peserta SP.

Menurut Francis Wahono, pembentukan wadah CU Nusantara ini penting dan mendesak. “Karena selama ini ada ketidakcocokan antara prinsip-prinsip CU yang dipraktekkan Inkopdit dengan CU-CU yang ada di dalam kordinasi Puskopdit BKCUKalimantan,”jelas doktor ekonomi yang juga pendiri CU Cindelaras Tumangkar Yogyakarta ini.

Agar pembentukan wadah ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh CU-CU primer dan anggota CU, maka diskusi tentang wadah ini memakan cukup banyak waktu selama pelaksanaan SP tersebut. Nama yang akhirnya disepakati adalah Perkumpulan Credit Union Indonesia Nusantara (Pecunia). “Pecunia itu sendiri selain singkatan dari Perkumpulan Credit Union Nusantara Indonesia; Pecunia dalam bahasa Latin Pecunia berarti uang, alat transaksi,”jelas Francis, yang mengusulkan nama itu. Sebenarnya nama awal yang disepakati adalah Federasi Credit Union Nusantara. Namun keesokan harinya, nama itu masih dirasa tidak pas oleh sejumlah peserta SP karena konotasi federasi nusantara itu berbau disintegrasi. Akhirnya dicari nama baru dan disepakatilah nama Pecunia.

Semua peserta antusias menyambut wadah baru ini. Agus Rahman, Ketua DP CU Muare Pesisir bahkan meminta agar pembentukan perkumpulan CU ini sudah terwujud dalam masa kepengurusan BKCUK periode 2009-2012. “Makin cepat makin baik,”kata Kades Desa Kapur, Kubu Raya yang piawai  berpantun ini.

Namun ada juga yang menyarankan agar proses pembentukan Pecunia ini dalam masa kepengurusan BKCUK yang baru (2012-2014). “Baiknya pengurus baru nanti saja. Tapi pengurus periode ini mulai memprosesnya dan mensosialisasikan kepada konstituen dan insan-insan CU,”jelas Anton Pamero, Ketua CU Tilung Jaya yang juga anggota Badan Pengawas BKCUK.

Menurut Damianus Djampi, Sekretaris BKCUK, keuntungan dengan dibentuknya Pecunia bagi CU-CU primer ada dua. Pertama, semakin cepatnya akses informasi perkembangan, teknologi CU di dunia internasional. “Kedua, terbuka lebar peluang kerja sama dengan federasi CU di negara lain,”ujarnya.

Pembentukan Pecunia juga menjadi tantangan tersendiri bagi CU. “Dengan terbentuknya federasi CU Nusantara maka pengurus CU primer dan sekunder juga meningkatkan kapasitas diri. Pengurus CU primer, pengurus CU sekunder dan manajemen CU sekunder mesti menguasasi bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan di dunia internasional,”ujar Marselus Sunardi, wakil ketua BKCUK.

Lebih lanjut menurut (alm) Amu Lanu A. Lingu, bendahara BKCUK, dengan dibentuknya Pecunia maka Puskopdit BKCUK tetap ada. Secara legal formal yang berurusan dengan CU primer dan pemerintah adalah Puskopdit BKCUK karena BKCUK yang mempunyai badan hukum. Federasi CU Nusantara adalah wadah, jembatan komunikasi antara CU primer dengan ACCU dan pihak internasional lainnya. “Saya sudah konsultasi dengan pihak Depkumham. Kita mengajukan permohonan agar dibuatkan SK tentang keabsahan federasi dari Menteri Hukum dan HAM. Jika SK nya sudah terbit dan dicatat dalam lembaran Negara maka posisi hukum Pecunia sangat kuat,”jelasnya kepada KR di sela-sela SP BKCUK.

Dalam program kerja ditargetkan bahwa dalam lima tahun ke depan ada kerja sama dengan enam federasi CU di seluruh dunia.

Visi-misi

Sebelum merumuskan visi-misi-program kerja, dibahas dalam kelompok dan forum lima isu strategis. Yakni (1). sistem kerja (2). sumber daya manusia (3). peralatan dan teknologi (4). Organisasi (5). produk dan pelayanan.

Visi dan misi menjadi bahan diskusi hangat yang panjang. Semula ada banyak usulan visi, lalu dikerucutkan menjadi tiga. Setelah didiskusikan akhirnya semua menerima visi BKCUK yang berbunyi “Menjadi federasi credit unon nusantara berbasis komunitas dan filosofi petani yang membebaskan”.

Untuk mencapai visi tersebut ada empat misi. Pertama, memberdayakan anggota melalui pembelajaran, membangun jejaring, penguatan tata kelola, teknologi informasi, kaderisasi dan kewirausahaan yang berkelanjutan. Kedua, menyelenggarakan pelajaran keuangan yang cerdas bagi anggota. Ketiga, menyelenggarakan system penjaminan dan perlindungan anggota yang kredibel dan transparan. Keempat, memperkuat kelembagaan perkumpulan credit union nusantara Indonesia (Pecunia).

Secara programatik, ada tiga goal yang akan dicapai BKCUK. Pertama, berkurangnya orang/ keluarga miskin. Kedua, meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap CU. Ketiga, adanya kebijakan publik yang lebih mendukung CU.

Tujuan yang ingin dicapai selama lima tahun ke depan oleh BKCUK ada enam; sebagai berikut.
1. Meningkatnya kecerdasan finansial dan politik anggota CU.
2. Meningkatnya prosentase masyarakat yang menjadi anggota CU.
3. Meningkatnya kapasitas CU primer dalam melayani anggota.
4. Meningkatnya jenis pelayanan primer kepada anggota melalui produk yang berkualitas.
5. Berkembangnya kerja sama local, nasional dan internasional gerakan CU.
6. Memastikan keberlangsungan gerakan CU.

Program kerja
Dalam SP juga disepakati program kerja BKCUK, baik bidang internal maupun eksternal organisasi. Berikut beberapa program kerja tersebut.
  1. Direncanakan membangun tiga tempat pendidikan dan pelatihan, yakni di Pontianak, Palangka Raya dan Makasar.
  2. Dalam lima tahun ke depan ditargetkan BKCUK mampu memberikan pendidikan dan pelatihan untuk 1.500 pengurus/pengawas/manajemen CU primer.
  3. Setiap profesi dan fasilitasi CU Nusantara memiliki standar/ sertifikasi.
  4. Pertumbuhan CU-CU primer anggota BKCUK sesuai standar PEARLS.
  5. Memfasilitasi lembaga advokasi/ bantuan hukum CU Nusantara. Lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga konsultasi sekaligus mendampingi CU-CU primer jika terjadi persoalan-persoalan hukum.
  6. Credit union model “Filosofi Petani” akan didaftarkan pada lembaga HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Tujuannya agar nama ini tidak dipakai sembarang orang/ lembaga dan disalahgunakan oleh pihak lain.
  7. Produk pelayanan BKCUK juga akan ditingkatkan jumlah dan kualitasnya; minimal ada 5 produk baru dalam lima tahun ke depan.
  8. Mengingat sejumlah daerah layanan BKCUK di daerah rawan bencana, seperti Jawa, Sumatera, Nusan Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua, maka akan ada dana solidaritas bencana dan dana stabilisasi.
  9. Selain Diklat rutin, seperti pelatihan pembukuan, pelatihan pengurus, pelatihan keuangan, ada tambahan seperti pelatihan jurnalistik, pelatihan kewirausahaan, pelatihan marketing credit union, pelatihan “politik”.
  10. Dalam lima tahun ke depan ada tambahan anggota 15 CU primer.

Dengan kerja sama dan dukungan CU-CU primer, pengawas, pengurus dan manajemen BCKUK serta seluruh anggota CU maka tentu gerakan credit union filosofi petani ini akan semakin dikenal banyak orang serta berdampak makin banyak pula orang yang meningalkan jurang kemiskinan, masuk ke daratan dan lembah kesejahteraan.***


Edi V.Petebang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami rupany