Langsung ke konten utama

Terorist is SMS


Layanan pesan singkat (short message service-SMS) menjadi pembuat terror baru bagi warga pedalaman  Kalimantan Barat akhir Feberuari hingga awal Maret 2011. Meski aparat keamanan, pejabat, tokoh masyarakat, rohaniwan berulang kali menyatakan bahwa pesan SMS itu bohong, namun warga justru penasaran dan waspada dengan tetap meneruskan pesan itu ke warga lainnya. Akibatnya, korban nyawa berjatuhan. Ada apa dengan masyarakat kita? Apakah masyarakat kita "sakit"?
Bagaimana bunyi SMS yang menjadi terror tersebut? Saya menerimanya dari beberapa kawan di sejumlah daerah, seperti dari Kabupaten Ketapang, Sambas, Sekadau, Kapuas Hulu dan Landak. Isi SMS tersebut sebagai berikut, "Pesan dari Kapolres Kab….. Tlg sbarkan sms ini k' semua org ini kejadian nyata dan jgn di remehkan,,? Mereka mencari korban sebanyak 400 org tua, muda, maupun anak2 utk mgambil alat2 dlm anggota tubuh manusia. Ciri2 org trsbut memakai…..(jenis kendaraan, ciri penculik dan asalnya)".

SMS itu sengaja tidak KR muat secara utuh. Tapi intinya bahwa pembuat SMS ingin membuat terror kepada masyarakat sekaligus menyuruh orang agar "menindak" jika bertemu orang yang mempunyai cirri-ciri seperti yang digambarkan dalam SMS tersebut. Untuk meyakinkan penerima, pembuat SMS mengatasnamakan seorang kepala polisi resor (Kapolres) salah satu kabupaten di Kalbar. Entah siapa yang membuat SMS tersebut dan apa motifnya, hingga kini belum bisa diungkap aparat keamanan kita. Ini terutama harus menjadi tanggung jawab aparat kepolisian.

SMS itu telah meminta tiga korban nyawa, yakni Muslih atau Muslihat ((35 tahun), Bobi (32 tahun) dan Isno. Muslihat dan Bobi dihabisi massa di Desa Baru Lombak Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau. Sedangkan Isno dikeroyok masa hingga meregang nyawa di Desa Engkalit Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Kalbar AKBP Suhadi SW, Muslimin dan Bobi adalah penjual barang kelontong asal Jawa Barat namun mempunyai kerabat di Pontianak. "Keduanya sebenarnya sudah kerap berjualan di kawasan itu. Mereka biasa menawarkan barang dagangan berupa peralatan rumah tangga seperti blender, kipas angin, dan sejenisnya,” kata Suhadi.

Seperti dijelaskan Suhadi kepada para wartawan, kejadiannya berlangsung pada hari Minggu, 6 Maret 2011. Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, Muslihat dan Bobi datang berjualan barang kelontong dengan mobil jenis carry. Keduanya menumpang untuk beristirahat di kediaman Wid, salah seorang warga Desa Baru Lombak. Keduanya mengaku sakit sehingga pemilik rumah bergegas mencari bantuan ke rumah warga lainnya.

Namun sekembali ke rumah, sudah ramai orang sehingga terjadilah peristiwa itu. Pembunuh menggunakan senjata tajam untuk menghabisi kedua korban. Mobilnya dibakar. Massa terprovokasi oleh isu SMS penculikan dan pengambilan organ tubuh.

Paska pembunuhan Muslihat dan Bobi, Kapolda Kalbar Brigjen Sukrawardi Dahlan langsung terbang dengan helikopter jenis Super Puma, mendarat di helipad milik perusahaan perkebunan kelapa sawit PT BHD. Desa Baru Lombak sekitar 45 kilometer dari kamp BHD Kecamatan Meliau, atau 120 kilometer dari Kota Sanggau. Kapolda langsung menuju lokasi kejadian dengan mobil bersama ratusan anggota Brimob Polda Kalbar dan Dalmas Polres Sanggau. Ada 100 anggota Brimob Polda Kalbar dan 200 orang dari Dalmas Polres Sanggau yang dikerahkan ke lokasi.

"Saya minta semua tersangka dengan segera menyerahkan diri. Paling lambat malam ini (Senin malam, red) sudah menyerahkan diri semuanya. Kalau tidak menyerahkan diri malam ini, maka saya tidak bertanggung jawab jika kami melakukan penggeledahan paksa. Namun, untuk mereka yang menyerahkan diri, kita akan lindungi,"katanya saat mengadakan pertemuan dengan warga.

Menurut laporan koran Tribun Pontianak edisi 8 Maret 2011, paska kejadian kondisi kampung di sekitar Desa Baru Lombak, tampak lengang. Aktivitas masyarakat sekitar yang sehari-hari bekerja sebagai petani karet dan sawit tidak terlihat. Hanya beberapa warga yang tampak berlalu lalang di sekitar kampung.

Jarak antara rumah Wid (tempat pembunuhan) dan lokasi tempat pembakaran mobil dan korban
sekitar 300 meter. Rumah Wid sudah kosong. Tampak police line sudah dipasang oleh Kepolisian.

Warga sekitar yang terdiri dari empat rumah warga transmigran, juga tidak tahu keberadaan Wid. Sementara istrinya, Ngat, berada di rumah mantri desa. Dari informasi yang berhasil dihimpun
koran Tribun Pontianak, pembunuhan dan pembakaran dua korban tersebut terjadi pada Minggu sekitar pukul 15.00 WIB.

"Kejadian sekitar pukul 14.00. Pada awalnya, saya hanya mendengar suara gemuruh seperti orang menurunkan batu. Tidak berapa lama, sekitar 20 warga menyeret mobil ke arah tempat pembakaran," ujar seorang warga.

Wid, dikatakan warga tersebut, pada saat kejadian tidak berada di tempat karena pekerjaanya sebagai pencari rumput. Dan, jarang pulang. Pada saat kejadian, yang berada di rumah hanya istrinya, Ngat.

Menurutnya, memang selama ini kedua penjual barang kelontong itu sudah beberapa kali datang ke desa. Warga lain menuturkan, kedua pedagang itu baru datang dari Tayan pada Sabtu (5/3) sekitar pukul 16.00 WIB. Seorang di antaranya dalam kondisi sakit demam. Keduanya menginap di rumah Wid, yang memang sudah sering disinggahinya.

"Pada Minggu siang, terjadilah pembunuhan dan pembakaran tersebut," ungkapnya.
Seorang warga sekitar Desa Baru Lombak yang enggan disebutkan namanya mengatakan, ada kemungkinan motif juga karena dendam.

Menurut dia, korban kerap melakukan tindakan tidak terpuji ketika berkeliling berdagang sejak beberapa tahun silam.
"Ulah mereka memang kerap membuat kami geram, karena sering menepuk pantat dan memegang tangan perempuan ketika berjualan. Bahkan, kadang mereka sering memegang tangan ketika kami sedang membayar. Itu kemungkinan yang menjadi penyebab aksi tersebut," ujarnya kepada Tribun (8/3).

Keluarga berduka
Lomri, ayah Bobi, tidak menyangka anak pertamanya itu pergi untuk selamanya dengan cara yang begitu mengenaskan. Padahal, mereka yang merupakan keluarga perantau hanya ingin mencari nafkah dengan berjualan barang kelontong.

Lomri
yang mempunyai rumah tangga di Sukabum ini mengaku pasrah pada kehendak Tuhan atas putranya. Namun, ia berharap masih dapat melihat jenazah Bobi untuk terakhirnya kalinya sebelum dikuburkan. Lomri bersama temannya berjualan di Kecamatan Sungai Laur, Ketapang. Sedangkan Bobi bersama Muslih berjualan di Kecamatan Meliau, Sanggau.

Lomri masih mengingat betul ucapan anaknya saat akan pergi berdagang, Kamis (3/3). "Pak, saya enggak masuk ke dalam, saya jual di pinggir jalan. Begitu katanya," kata Lomri
seperti ditulis dalam laman www.tribunpontianak.co.id. Maksudnya, Bobi berjualan di pinggir Jl Tayan menuju Sanggau. Sampai akhirnya Lomri mendapatkan kabar Bobi dan temannya, Muslih, tewas terbunuh dengan cara sadis. Lomri mengaku sempat tercekat. Perasaannya campur aduk. Namun, ia kemudian memasrahkan semua apa yang terjadi kepada Tuhan.

"Saya ini orang kuli. Maunya sih supaya masalah ini cepat selesailah. Saya orang kecil, enggak punya apa-apa. Yang penting dibereskan dengan baiklah
. Masalah yang sudah, ya sudahlah. Kami maunya dimakamkan secara baik-baik. Walau hanya sehelai rambutnya bisa dibawa ke sana. Tapi, kalau enggak bisa, dimakamkan di sini juga enggak apa-apa," ungkapnya dengan suara lirih kepada Tribunews.co.id.

Lomri berharap agar isu SMS yang tidak benar dan tidak terbukti, segera berakhir. Sebab, akibat isu SMS tersebut, ia dan sekitar 20 orang pedagang barang kelontong di pedalaman harus menghentikan pekerjaanya mencari sesuap nasi.

"Kami inginnya masalah ini cepat selesai dan kami bisa jualan lagi ke daerah-daerah. Sekarang ini kami jadi takut, padahal kami makan dari hasil jualan," ujar Lomri seraya meminta izin masuk ke dalam kamar karena tak kuat lagi bercerita. Air matanya pun mulai mengalir. Lomri tidak tahu harus bagaimana menyampaikan kabar tersebut kepada menantu serta cucunya di Sukabumi.

Masih menurut tribunpontianak.co.id seorang pedagang bernama Upen (42), mengaku ketakutan dan terpaksa pulang setelah mendengar kabar tersebut. Ia tidak menyangka tuduhan keji harus diterima oleh mereka yang berjualan hanya demi sesuap nasi.

"Satu hari kami paling dapat Rp 50 ribu, itu kotor. Kalau bersihnya sekitar Rp 35 ribu. Itu belum dikurangi setoran untuk yang punya mobil
. Saya sudah belasan tahun jualan, tidak pernah mengalami hal seperti sekarang. Kita juga setiap pergi ke suatu daerah pamit dengan warga setempat,"terangnya.

Jenasah kedua korban pembunuhan dan pembakaran di Meliau dibawa ke Pontianak oleh keluarga korban, yang juga pemilik usaha penjualan barang kelontong bernama Gunawan (40).

Gunawan bersama 38 pedagang barang kelontong lainnya, sudah sekitar 15 tahun terakhir berjualan di wilayah Kalimantan Barat. Dengan menggunakan empat unit mobil dan delapan unit motor, ke-38 orang pedagang barang kelontong tersebut berjualan antara empat hingga lima hari ke wilayah-wilayah yang sering di datanginya.

Kasus Engkalit
Seperti berurutan, kasus seperti di Desa Baru Lombak juga terjadi di Desa Engkalit, Kecamatan Kapuas, Senin 7 Maret 2011. Susno atau Isno, 32 tahun, penjual buku keliling, tewas setelah dianiaya oleh massa yang juga terprovokasi oleh isu SMS. Seperti yang dijelaskan Kapolda Kalimantan Barat Brigadir Jenderal (Pol) Sukrawardi Dahlan dalam keterangan persnya di Pontianak, korban tewas dengan leher dipenggal dan otaknya hilang.

Victorianus, paman Susno yang hendak menjemput jenazah, luka parah akibat disiram cuka getah karet. Susno adalah satu dari empat orang pedagang buku yang sebelumnya sempat dianiaya dan disandera penduduk setempat. Dua di antaranya dapat melarikan diri, satu tewas dan satu lagi (Viktorianus, 40 tahun) menderita luka cukup serius karena disiram menggunakan cuka getah di bagian mukanya yang kini sedang mendapat perawatan di rumah sakit. Susno adalah kerabat dengan Viktor karena ia menikah dengan keponakan Viktor. Susno adalah anak tunggal dan orang tuanya di Probolinggo.

Suami saya masih beruntung, karena polisi segera turun ke lokasi kejadian, sehingga nyawanya selamat dan langsung dilarikan ke RSUD Sanggau. Suami saya tiba di RSUD Sanggau pada malam harinya sekitar pukul 20.00 WIB,” tutur Asih, isteri Viktor saat ditemui sedang mendampingi suaminya kepada AP Post, Rabu, 09 Maret 2011.

Karena peristiwa menghebohkan itu, hari itu juga jajaran Polres Sanggau termasuk Kapolres AKBP I Wayan Sugiri SH SIK Msi mendampingi Dir Reskrim Polda Kalbar Kombes Bambang Priyambada beserta sekitar 85 anggota pasukan Brimob dan didukung anggota Sabhara yang sebelumnya melakukan pengamanan di Baru Lombak Kecamatan Meliau, langsung dipindahkan ke Desa Engkalit Kecamatan Kapuas yang jaraknya puluhan kilometer dan memakan waktu hingga berjam-jam perjalanan.

SMS penculikan dan pencurian organ tubuh itu juga nyaris memakan korban di Kabupaten Kubu Raya. Seorang warga Kuala Mandor Kabupaten Pontianak yang kurang waras bernama Safei dikeroyok masyarakat setempat pada hari Senin 7 Maret 2011. Safei dikeroyok saat sedang menggelandang di jalan karena warga terprovokasi oleh maraknya informasi melalui short messege service (SMS) tentang isu penculikan yang mengambil organ tubuh di wilayah Kalbar.

Sebelum kasus Lombak Baru dan Engkalit, akibat SMS itu juga telah terjadi pembakaran empat unit sepeda motor di Kota Singkawang, dan penganiyaan warga Gudang Damar di Kecamatan Samalantan. Setelah dilakukan penelitian ternyata orang-orang yang menjadi korban adalah orang yang tak berdosa dan tidak ada kaitannya dengan penculikan.

Masih terkait isu penculikan via SMS itu, Kapolda Kalbar Brigjen Pol Sukrawardi Dahlan juga menjadi korbannya. Ceritanya, paska kasus Lombak Baru dan Engkalit, dilakukan musyawarah tokoh masyarakat di Sanggau. Dalam perjalanan menuju Sanggau, mobilnya jenis Land Cruiser ditabrak truk di KM 51 Jalan Trans Kalimantan lintas Tayan Rabu (9/3/2011) pukul 06.00 WIB. Kapolda mengalami luka ringan di beberapa bagian kepala dan badannya dan dirawat semalan di RS. Antonius; keesokan harinya dibawa ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan lebih baik.

Tersangka
Kapolres Sanggau AKBP I Wayan Sugiri didampingi Kasat Reskrim AKP Fajar Dani Susanto kepada wartawan menjelaskan bahwa terkait kasus pembunuhan terhadap dua orang pedagang keliling barang kelontong di Desa Baru Lombak, Polisi mengamankan sebanyak 36 orang; 6 orang sudah ditetapkan sebagai tersangka.  Yakni RI,46 tahun; SR, 36 tahun; AB, 19 tahun; JY, 30 tahun; YA, 18 tahun dan SD, 22 tahun. RI, SR, AB, dan JY merupakan kelompok pertama yang tida di tempat kedua korban hingga tewas, dan yang menggeser kendaraan untuk selanjutnya membakarnya.

YA, berdasarkan hasil pemeriksaan diduga membantu mendoron kendaraan dari tempat semula sejauh sekitar 300-an meter, dan membongkar barang dagangan untuk dibakar di tempat terpisah.
 SD, datang di tempat kejadian sambil membawa senjata tajam, dan saat diamankan dirumahnya Polisi menyita sebuah senjata Bomen, namun tidak digunakan dalam aksi kekerasan itu.

Sedangkan kasus di Engkalit, Polres Sanggau memeriksa 11 orang; 7 orang ditetapkan sebagai tersangka.

Menyikapi aksi massa di Baru Lombak dan Engkalit, pada Rabu Rabu dan Kamis dilakukan dua aksi berbeda di Sanggau. Pada hari Rabu 9 Maret 2011 dilakukan penandatanganan Surat Edaran Bersama Nomor 300/05/Humas, perihal Isu/berita yang menyesatkan yang beredar oleh Muspida. Terdiri dari Ketua DPRD Sanggau Andreas Nyas SAg, Wakil Bupati Sanggau Paolus Hadi SIP Msi, Dandim 1204 Sanggau Letkol Inf Wasono, Kapolres Sanggau AKBP I Wayan Sugiri SH SIK Msi, Ketua Pengadilan Negeri (PN) Sanggau Lie Sonny SH, dan Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Sanggau Tito Prasetyo SH MHum.

Ada tujuh poin dalam surat edaran itu, antara lain. Pertama, menegaskan, bahwa isu-isu/berita yang beredar dalam masyarakat entang adanya penculikan/pengorek adalah berita tidak benar danmenyesatkan yang sengaja disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kedua, diminta kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sanggau untuk tetap tenang, tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak benar, dan tetap melaksanakan aktivitasnya sehari-hari seperti biasa.

Ketiga, meminta kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sanggau untuk tidak melakukan tindakan anarkis atau melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap orang yang tidak dikenal yang mengakibtkan kerugian baik jiwa maupun harta benda, dan apabila terjadi tindakan anarkis maka akan diproses secara hukum yang berlaku. Apabila masyarakat menemukan hal-hal yang mencurigakan di lingkungannya masing-masing agar segera berkoordinasi dengan perangkat desa atau aparat keamanan yang terdekat.

Keempat, meminta kepada seluruh tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, LSM maupun organisasi kemasyarakatan lainnya untuk sendiri-sendiri atau bersama-sama aparat terkait untuk memberikan penerangan dan sosialisasi tentang situasi yang sebenarnya.

Kelima, menginstruksikan kepada seluruh camat, Kapolsek dan Danramil serta jajarannya guna melakukan sosialisasi, penerangan, maupun penjelasan secara intensif kepada seluruh masyarakat tentang situasi yang sebenarnya dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait.

Keenam, menginstruksikan kepada sleuruh lurah, kades beserta jajarannya untuk melakukan koordinasi dan konsultasi dengan muspika setempat dalam memberikan penjelasan dan sosialisasi kepada masyarakat setempat.

“Diharapkan surat edaran ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya demi terciptanya keamanan, ketentraman, ketertiban umum dan kenyamanan di lingkungan
masing-masing,” ujar Wakil Bupati Sanggau Paolus Hadi yang memimpin pertemuan itu.

Pada Kamis 10 Maret 2011 bertempat di Mega Tenda Komplek Keuskupan Sanggau digelar pertemuan akbar antara forum Muspida, Muspika, Kades, Majelis Adat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat se-Kabupaten Sanggau. Pertemuan ini semula akan diikuti Kapaolda Kalbar namun Kapolda batal hadir karena kecelakan di jalan Ambawang.

Musyawarah ini membahas soal kegelisahan masyarakat terkait beredarnya isu penculikan atau pengorek yang menyebar via SMS.Dalam pertemuan itu, masih-masing komponen sepakat untuk bersama-sama menjaga Kamtibmas dan tidak terprovokasi isi SMS yang tidak dipertanggungjawabkan itu. Pihak-pihak terkait agar meneruskan informasi tentang SMS bohong itu. Masyarakat tidak main hakim sendiri. Apalagi, isu SMS seperti ini hampir selalu muncul tiap tahun, khususnya di musim buah, musim panen, dan ketika musim harga karet tinggi. Jika menjumpai orang-orang yang mencurigakan, dapat ditanya dengan baik dan dimintai kartu identitasnya, atau melaporkannya ke aparat yang berwajib.

Bahkan, terkait dengan telah jatuhnya korban akibat dampak dari SMS menyesatkan itu, ada yang meminta dilakukan ritual adat.

Di Kabupaten Pontianak, Polres siaga dengan menempatkan personel di tiap sekolah, di sertai dengan mencatumkan nomor handpond anggota dan nomor saya pribadi. Tujuannya untuk memudahkan masyarakat menghubungi kami jika ada permasalahan di masyarakat," tuturnya.

Di Madura
Tidak hanya di Kalbar, SMS penculikan dan pengambilan organ tubuh juga beredar di wilayah lain di Kalbar dan juga memakan korban. Seperti dilaporkan  laman www.tempointeraktif.com pada tanggal 26 Juli 2010, seorang nenek tanpa identitas, berusia sekitar 60 tahun, nyaris diamuk massa di Desa Nyalabuh, Kecamatan Kota, Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur. Dia diduga akan menculik anak. "Gelagatnya mencurigakan, dia bukan orang sini," kata Wakik, warga Desa Nyalabuh, Senin (26/7).

Menurut Wakik, kecurigaan warga bermula saat nenek renta tersebut masuk ke musholla desa yang sedang dipenuhi anak-anak kecil yang sedang belajar mengaji. Nenek itu mengamati satu persatu anak-anak tersebut.

Melihat gelagat aneh tersebut, seorang warga yang sedang menunggui anaknya kemudian melaporkan kepada Kepala Desa. Warga pun berduyun-duyun mendatangi musholla. Sang nenek diamankan dan diinterogasi, namun si nenek tidak mau menyebutkan namanya tersebut.

Menurut Wakik, warga Pamekasan beberapa hari terakhir ini dilanda keresahan setelah SMS soal penculikan anak. Warga menjadi sensitif terhadap setiap orang asing, apalagi dengan gelagat yang mencurigakan.

Karena terus bungkam, warga kemudian membawa nenek tersebut ke Kepolisian Sektor Kota Pamekasan. Di hadapan polisi, nenek tersebut tetap tidak mau menyebutkan namanya, tapi dia mengaku berasal dari Malang. "Dia masih bungkam, tapi kalau masih menunjukkan perilaku aneh, kami akan kirim ke Dinas Sosial agar dipulangkan ke tempat asalnya," kata Kepala Polsek Ajun Komisaris Polisi Mustagfir.

Lawan Teror
Teror SMS ini benar-benar menghantui dan membuat resah masyarakat Kalbar, terutama yang bermukim di pedalaman Kalbar. Karena itulah semua pejabat sipil dan militer, tokoh masyarakat, tokoh agama menghimbau masyarakat agar tidak mempercayaai SMS itu.   

Kapolda Kalbar Brigjen Sukrawardi Dahlan mengimbau, masyarakat tidak melakukan tindakan yang berlebihan terkait isu melalui SMS tersebut. "SMS itu adalah berita bohong, sehingga masyarakat tidak perlu mengambil langkah-langkah berlebihan," katanya.

“Mulai besok siapa saja yang ketahuan dan terlacak menyebarkan SMS provokasi itu akan kami proses hukum, meskipun ia mengakui mendapat SMS tersebut lalu mengirimkannya lagi,”tambah Dahlan.

Kapolda juga mengimbau kepada provider jasa telekomunikasi untuk selektif terhadap SMS yang tersebar. "Yang bersifat provokatif, bisa tidak disebarkan," katanya.

Sebaliknya, melalui provider itu pun, Gubernur, Wali Kota, maupun Kapolda bisa menyebarkan SMS yang berisi penjelasan kepada masyarakat bahwa isu yang menyebar selama ini tidak benar dan hanya bermaksud merusak dan mengganggu ketertiban masyarakat.

Kapolres Sanggau AKBP I Wayan Sugiri juga menegaskan bahwa SMS itu bohong. "Tapi saya sangat mendukung masyarakat yang melakukan ronda malam atau Siskamling, tapi bukan sweeping. Jangan terpengaruh isu-isu yang tidak jelas, laporkan kepada polisi, jangan main hakim sendiri,” katanya.  

Untuk antisipasi menurut Wayan Sugiri sejak awal merebaknya isu SMS bohong ini, pihaknya sudah menginformasikannya lewat media massa pada tanggal 23 Februari 2011 dan mengirimi surat ke setiap Polsek agar warga tidak mempercayai SMS bohong itu.

Selanjutnya pada tanggal 4 Maret 2011, Kapolres juga kembali menginstruksikan kepada jajarannya di Polsek untuk lakukan langkah-langkah antisipasif, pasca peristiwa pembakaran di kendaraan di daerah
jalur Singkawang-Sambas (Pantura).

Bupati Sanggau Setiman H. Sudin sangat menyesalkan atas jatunya 3 korban jiwa hingga tewas mengenaskan dihakimi massa, yang diduga terpengaruh oleh beredarnya SMS berisikan isu penculikan dan pemburu organ tubuh manusia. “Padahal pihak kepolisian sudah menegaskan bahwa isu yang beredar lewat SMS itu tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Saya sangat menyesalkan hingga korban jiwa jatuh,” ujar Setiman seperti dimuat AP Post 9 Maret 2011.

Setiman meminta kepada masyarakat jangan mudah terpancing isu-isu lewat SMS tersebut. Kemudian jangan sampai main hakim sendiri yang telah mengakibatkan korban jiwa. Apalagi isu lewat SMS itu sama sekali tidak benar dan hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, yang ingin Kalbar ini tidak tenang.

“Masyarakat jangan mudah terpancing karena SMS itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tegas Setiman yang segera akan melakukan pertemuan antara Muspida untuk membahas masalah ini.

Raja Keraton Surya Negara Sanggau, Pangeran Ratu Drs H Gusti Arman MSi, menyesalkan aksi massa yang terjadi di Meliau dan Kapuas. Ia pun mengimbau masyarakat Sanggau, apapun marwahnya, apakah itu Melayu, Dayak, maupun suku-suku lain, untuk tetap menjaga stabilitas keamanan.

"Jangan gampang termakan isu. Coba dicerna dulu. Sebab sangat mungkin ada oknum tidak bertanggungjawab yang menginginkan Kalbar resah. Makanya, mereka sebar isu-isu murahan," kata Gusti Arman kepada
koran Tribun Pontianak (7/3).

Dewan
adat Dayak Sanggau melalui surat No.04/III/DAD-SGU/2011 yang diteken Ketua Andeng Suseno, Sekretaris Yohanes Ontot dan diketahui Dewan Pertimbangan Paolus Hadi, mengimbau kepada seluruh warga masyarakat Dayak di wilayahnya masing-masing untuk tenang, tidak panik dan tidak terpancing oleh adanya isu yang menyesatkan.

Karena isu tersebut merupakan salah satu bentuk provokasi agar masyarakat takut dan tidak berani melakukan aktivitasnya sehari-hari. DAD meminta, jika ada oknum yang mencurigakan segera melaporkan kepada aparat keamanan terdekat, dan tidak main hakim sendiri.
Muspika di Kecamatan Tayan Hilir yang menggelar pertemuan pada 7 Maret 2011 dengan melibatkan Kades, Pastor, FKPM, kepemudaan, dan pendeta juga menyikapi persoalan ini. Sehingga diterbitkan imbauan yang berisikan, bahwa SMS dan selebaran yang beredar tentang pengkorek adalah tidak benar dan bukan berasal dari Kapolres. Fenomena dan isu yang berkembang selama ini berkaitan dengan hal tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Di Bengkayang, dalam setiap kesempatan bertemu dengan masyarakat, Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan pesan singkat tentang penculikan. “Jangan terpengaruh dengan isu melalui pesan singkat tentang penculikan. Sudah lama isu itu beredar dan tidak pernah terbukti,” katanya.
Gidot menghimbau agar masyarakat hendaknya beraktivitas dengan tenang dan jangan curiga yang berlebihan sehingga berbuat anarkis dengan menghakimi orang. “Janganlah ada seseorang yang tak dikenal, kemudian lantas dilakukan pencegatan dan mengeledah. Jika memang ada yang mencurigakan melintas atau berada di wilayah kita, bisa langsung lapor ke aparat desa mulai dari RT hingga kepala desa dan bisa menghubungi polisi terdekat atau yang sudah kita kenal.

Gidot menghimbau masyarakat jangan main hakim sendiri. Politisi Partai Demokrat yang siap maju dalam perhelatan suksesi DPD Partai Demokrat Kalbar ini, minta masyarakat bekerja dengan tenang. “Jika memang kita seorang petani, hendaknya bekerja dengan tenang. Sekarang musim panen. Panenlah padi yang sudah menguning. Begitu juga jika kita punya kebun karet. Torehlah karet yang harganya cukup tinggi. Beraktivitaslah dengan tenang seperti biasanya. Jika kita diselimuti rasa ketakutan yang berlebihan, maka yang dirugikan sekali lagi adalah kita. Tentu kita tidak akan memperoleh pendapatan yang seharusnya kita peroleh,” himbau Gidot.

Di Kendawangan, Kabupaten Ketapang digelar panggung terbuka dialog dengan masyarakat. Kegiatan panggung terbuka tersebut dilakukan pada Senin (7/3) lalu di halaman Mapolsek Kendawangan. Kegiatan itu dilangsungkan sebagai tatap muka antara  Muspika Kendawangan dengan berbagai elemen masyarakat.

Meski Kapolda, Gubernur, Bupati, Kapolres, tokoh masyarakat, tokoh agama dan media massa berulang kali mengatakan bahwa SMS penculikan dan pemburu organ tubuh itu tidak benar, namun masyarakat tetap saja merasa takut dan waspada. SMS berisikan penggorok dan pemburu organ tubuh manusia yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya itu benar-benar menjadi terror bagi masyarakat. Sejumlah warga di berbagai daerah pedalaman di Kalbar kepada KR mengatakan bahwa mereka was-was dan takut bepergian sendirian ke ladang, ke hutan atau menyada karet. Kaum perempuan dan anak-anak paling merasakan ketakutan akibat terror SMS itu.

"Banyak warga yang takut sendirian ke ladang atau menorah getah pak,"ujar Nyonya Ika dari salah satu kampung di pedalaman Ketapang. Hal yang sama diakui beberapa warga dari Sanggau, Sekadau, Bengkayang, Landak, Sintang.

Kewaspadaan juga sedikit dirasakan warga Kota Pontianak. Karena itulah di sejumlah tempat Polisi bekerja sama dengan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) dipajang spanduk berisikan himbauan agar masyarakat tidak mempercayai isu penculikan. Di sejumlah sekolah dasar diumumkan agar orang tua mengantar dan menjemput anaknya tepat waktu. Seperti yang KR lihat di SD Katolik Kanisius di Jalan Gusti Situt Mahmud Siantan, tidak seperti biasanya, karena ramai isu SMS penculikan itu maka pihak sekolah membuat pengumuman di depan pagar sekolah agar orang tua menjemput anaknya tepat waktu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Di Pahauman, upaya kepolisian meredam isu penculikan lewat pesan singkat (SMS) di masyarakat sepertinya masih belum berhasil. Masyarakat semakin penasaran tentang kebenaran isu tersebut dan justru menjadi buah bibir. Camat Sengah Temila, Yosef, SE mengatakan ia berusaha memberikan himbauan kepada masyarakat setempat agar tidak menerima isu-isu semacam itu dengan begitu saja.

Bijak berteknologi
Tentu kita tidak bisa menyalahkan hadirnya teknologi seperti telepon seluer (ponsel) dan SMS. Justru kitalah yang harus bijak dan tepat menggunakannya agar tidak diperbudak dan diperalat teknologi. Sebelum ada ponsel dan teknologi SMS, sesungguhnya isu penculikan sudah ada.

Tahun 1970-1980-an sering sekali ada isu pengayauan (mencari kelapa orang) untuk tumbal pembangunan jembatan atau apalah yang merebak di kampung-kampung pedalaman. Isu itu sama sekali tidak pernah terbukti kebenarannya; namun anehnya masyarakat masih percaya dan takut ke ladang, takut keluar rumah. Akibatnya, ada orang yang memanfaatkan kondisi ketakutan tersebut dengan mencuri isi lading, mencuri barang-barang di pondok atau rumah di ladang.

Mari kita bijak menggunakan teknologi dan jangan sekali-kali membuat terror melalui teknologi karena harganya mahal. Masyarakat kita yang rentan diprovokasi janganlah disulut dengan terror-teror. Cukuplah Muslihat, Bobi dan Susno yang menjadi korban SMS.

Mengapa masyarakat masih rentan terprovokasi dengan isu-isu seperti itu? Apa yang slaah di masyarakat kita? Mengapa himbauan para tokoh, para pemimpin, para pejabat sepertinya tidak diindahkan masyarakat? Apakah masyarakat tidak percaya lagi dengan para tokoh itu? Atau memang masyarakat kita yang "sakit"? Pembaca sendirilah yang mempunyai jawabannya.n

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei...

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami ru...

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K...