Langsung ke konten utama

Menanti Era Baru "Kemerdekaan Dayak" di Ketapang

Ibarat bangsa Israel menanti mesias baru untuk menyelamatkan mereka, masyarakat Dayak di Kabupaten Ketapang sepertinya menemukan mesias (juru selamat) itu dalam diri Henrikus, Bupati Dayak pertama di Ketapang setelah 65 tahun Indonesia merdeka. Bisakah harapan masyarakat Dayak di sana khususnya dan masyarakat umumnya akan perbaikan nasib, peningkatan kesejahteraan, terhindar dari perampasan tanah untuk perkebunan besar, pertambangan dan industri lainnya itu diwujudkan Henrikus?


  
Tepat pukul 16.15 WIB pesawat Trigana yang KR tumpangi bersama Bupati Bengkayang Suryadman Gidot dan 9 anggota rombongannya mendarat di bandara Rahadi Usman Ketapang. Memasuki kota Ketapang tidak terasa akan ada pelantikan orang tertinggi di bumi Bertuah tersebut. Sepanjang jalan dari bandara menuju salah satu hotel di tengah kota, tidak satu pun dijumpai baliho atau spanduk ucapan selamat atau sejenisnya berkenaan gawai pelantikan bupati. Berbeda dengan pelantikan bupati di lima kabupaten lainnya tahun 2010 ini. Sepertinya masyarakat Ketapang umumnya adem ayem saja menyambut bupati baru mereka.

Suasana meriah baru terasa ketika malam sebelum hari pelantikan diadakan acara ramah tamah antara Gubernur Cornelis, Bupati Henrikus dengan masyarakat Kristiani di Ketapang di kompleks biara Susteran Agustinus (OSA). Hadir sekitar 300 orang dari kota Ketapang dan dari berbagai daerah pedalaman yang umumnya warga Dayak.  

Warga pedalaman yang mayoritas Dayak sangat antusias menyambut kemenangan Henrikus sebagai bupati Ketapang. "Baru inilah Dayak merdeka setelah 65 tahun Indonesia merdeka. Nanti dululah soal program kerja, nikmati dulu kemerdekaan, kemenangan ini," ujar John Lukman, seorang warga Dayak di Ketapang pada KR.

Acara ramah tamah itu benar-benar pesta kemenangan. Tidak ada seremonial atau sambutan ini itu. Setelah doa, ada sambutan pendek dari Gubernur dan Henrikus sebagai tuan rumah, acara diisi dengan makan bersama, minum-minum dan bernyanyi dan berjoget ria dan sesekali diselingi pantun sindiran kepada yang kalah. Gubernur, para bupati secara bergiliran bernyanyi diiringi keyboard tunggal. Tidak kurang lima buah lagu dinyanyikan Cornelis, lagu pop, dangdut dan tak lupa lagu Adi'a berbahasa Kanayatn. Setelah menyanyikan lagi cicak rowo, Cornelis berkomentar "yang aduh enak itu kemenangan ini, bukan yang lain," selorohnya yang disambut tepuk tangan meriah hadirin.

Sepertinya Cornelis benar-benar bahagia atas hasil Pemilukada Ketapang. Sebab dari enam Pemilukada Bupati di Kalbar tahun 2010 ini, calon bupati yang PDIP sebagai pengusung utamanya, hanya di Ketapang yang menang. Di Bengkayang cabup PDIP kalah (Moses Ahie), begitu juga di Melawi (Sukiman). Lebih jauh, dengan kemenangan PDIP Cornelis seolah ingin menunjukkan kepada Morkes Effendi dan Partai Golkar bahwa dirinya dan PDIP lebih siap memenangkan Pemilukada Gubernur pada 2013. "Di daerah yang Golkar bupatinya saja bisa kalah,"begitu mungkin dalam hati kader PDIP. Meski belum ada penyataan secara resmi dan terbuka, Morkes Effendi dan Cornelis adalah dua kandidat Gubernur yang diatas kertas paling siap maju dalam Pemilukada Gubernur Kalbar. Morkes adalah Ketua DPD Golkar Kalbar dan Cornelis adalah Ketua DPD PDIP Kalbar.  

Acara pelantikan dimulai pukul 09.45 WIB dalam sebuah Rapat Paripurna Istimewa di gedung DPRD Ketapang. Jalan Sudirman yang merupakan jalan di depan gedung DPRD mulai dari tugu hingga simpang empat lapangan sepak bola ditutup. Ratusan aparat kepolisian berjaga-jaga di sepanjang jalan tersebut sampai ke dalam gedung DPRD. Suasana terasa sedikit menegangkan. Tidak biasanya, Gubernur Cornelis tidak masuk ruang pelantikan melalui pintu depan, tetapi lewat pintu samping. Ada yang menduga tindakan ini dilakukan Cornelis untuk mengantisipasi kalau-kalau ada pihak yang ingin berbuat lain terhadap dirinya melalui berbagai cara. Ke Ketapang pun Cornelis lebih memilih jalan laut dan jalan darat (Rasau Jaya-Teluk Batang-Ketapang); tidak dengan pesawat.

Sebelum pelantikan beredar isu akan ada demo besar-besaran dari kelompok yang kalah Pemilukada. Karena itulah aparat keamanan bersiaga beberapa hari sebelum pelantikan. Menurut Kapolres Ketapang AKBP Badya Wijaya, ada 476 personil keamanan yang disebar untuk pengamanan dari polisi dibantu aparat TNI. "Pengamanan terbuka dan tertutup untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,"jelas Badya kepada para wartawan.

Setelah gladi bersih pada Minggu sore, gedung DPRD Ketapang disterilkan dengan penjagaan yang ketat oleh polisi. Pada hari pelantikan, dua mobil pengendali massa yang dipenuhi tameng dan helm disiagakan, juga standby water canon dan mobil pemadam kebakaran.

Sabtu (28/8) juga dilakukan razia terhadap pengendara sepeda motor dan mobil di sejumlah ruas jalan Ketapang untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam razia tersebut puluhan sepeda motor terjaring dan ada pengendara yang ditahan karena membawa senjata tajam berupa Mandau. Pengamanan terhadap bupati dan wakil bupati baru dilakukan dari tempat tinggal hingga gedung DPRD dan kantor bupati. Pengamanan yang ketat juga dilakukan untuk gubernur dan sejumlah tamu undangan penting lainnya.

Menurut panitia, ada 600 undangan yang disebar. Nampak hadir dalam acara pelantikan sejumlah kepala dinas Provinsi, Pangdam XII Mayjen Moeldoko, Bupati Kayong Utara Hildi Hamid, Walikota Singkawang Hasan Karman, Bupati Bengkayang Suryadman Gidot, Bupati Landak Adrianus Asia, Bupati Sintang Milton Crosby, Bupati Sekadau Simon Petrus, wakil bupati Bengkayang Agustinus Naon. Selain para pejabat dan pengusaha, ada ratusan warga yang memadati ruang sidang utama, ruang samping kiri-kanan dan halaman depan gedung DPRD. Mereka dari semua unsur masyarakat dan agama di Ketapang, namun yang terbanyak adalah dari kalangan warga Dayak dan umat Kristen dan Katolik. Pelantikan didampingi Pastor Mateus Juli Pr yang sedari awal setia mendampingi Henrikus.

Pelantikan itu sendiri hampir saja tidak dipimpin oleh Ketua DPRD Ketapang. Karena beberapa hari sebelumnya ada instruksi dari pengurus DPC Golkar Ketapang melalui pesan singkat (SMS) agar seluruh anggota DPRD Ketapang dari Fraksi Partai Golkar tidak mengikuti acara pelantikan (29/9). Pesan singkat itu mengatasnamakan Ketua Fraksi Partai Golkar, Samsisi. Gusti Kamboja tapi mengaku tidak menerima SMS itu.

Benar saja, 10 dari 11 orang anggota DPRD dari Golkar tidak hadir dalam pelantikan itu. Ketidakhadiran fraksi dengan anggota terbanyak (11 dari 40 anggota DPRD) itu mengundang perhatian banyak orang, apalagi mantan bupati (Morkes Effendi) juga tidak hadir. Ketidakhadiran polisi Golkar dan mantan bupati ini mendapat kritikan dari warga yang dating. "Sebagai pemimpin yang sudah 10 tahun menjadi bupati Ketapang, seharusnya Pak Morkes bertindak gentleman dan hadir. Inilah wujud asli karakter seorang pemimpin yang ternyata tidak bijaksana,"keluh seorang tokoh masyarakat di Ketapang yang namanya tidak mau ditulis.

Menurut Morkes, tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk hadir di paripurna istimewa tersebut. "Saya memang mengetahui ada agenda pelantikan bupati. Tapi saya ada keperluan di Sambas. Jadi saya tidak bisa hadir. Lagi pula memang bukan kewajiban saya untuk menghadiri pelantikan itu," jelas Morkes kepada Tribun (31/8).

Ia juga tidak memberikan ucapan selamat kepada Henrikus dan Boyman Harun sebagai Bupati dan Wakil Bupati, baik melalui pesan singkat (SMS), telepon, apalagi berbicara langsung. Morkes merasa tidak perlu mengucapkan selamat karena menilai kemenangan pasangan bupati- wabup tersebut diwarnai kecurangan. 

Seperti diketahui, Gusti Kamboja yang merupakan ketua DPRD berasal dari Partai Golkar. Ketika calon yang diusung Partai Golkar (Yasir Ansyari-Martin Rantan) kalah, maka salah satu korbannya adalah Gusti Kamboja (GK). GK dinilai tidak loyal dan melakukan indisipliner partai karena itulah Partai Golkar memecatnya sebagai ketua harian Partai Golkar dan ketua DPRD Ketapang. Namun GK tidak bergeming dan memilih datang dan memimpin sidang pelantikan bupati. "No comment dululah. Sedang berproses, nanti kita lihatlah bagaimana akhirnya,"ujar GK singkat menjawab pertanyaan KR, Borneo Tribun dan Pembaruan usai acara pelantikan bupati.

Tidak seperti pelantikan bupati di kabupaten lain, misalnya di Kabupaten Bengkayang yang KR ikuti, Gubernur yang atas nama Menteri Dalam Negeri melantik bupati dan wakil bupati, tidak banyak memberikan sambutan secara lisan dan terkesan berhati-hati bicara. Dari awal ia hanya membaca teks sambutan yang sudah disiapkan. Isi sambutannya pun berisi hal-hal normatif saja. Menurut Gubernur, tantangan bupati baru adalah bagaimana mewujudkan otonomi daerah yang bertanggung jawab.

"Susun dan laksanakanlah program yang langsung menyentuh masyarakat. Menciptakan lapangan kerja. Sektor pangan, energi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur haru diutamakan. Layani masyarakat dengan baik dan adil, jangan mempersulit masyarakat berurusan dengan pemerintah,"katanya.

Cornelis juga mengingatkan agar bupati terpilih segera menyusun APBD 2011 dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM). Ia meminta bupati dan Pemkab Ketapang dalam menyusun program kerjanya harus mengacu kepada program kerja nasional. Tidak lupa ia mengungatkan agar bupati dan wakil bupati yang baru ini melakukan pengenalan staff agar bisa mendayagunakan para staff secara maksimal untuk mendorong pembangunan Ketapang.

“Tak usahlah berpikiran ganti pemimpin ganti kebijakan, ganti pula pejabatnya karena itu dapat membuat roda pemerintahan stagnan. Saya harapkan bupati dan wakil bupati yang baru ini dapat menjalankan amahan masyarak dengan baik, ikuti aturan yang ada, dan laksanakan program pemerintah pusat sesuai pedoman yang diberikan,"tegas Cornelis.

Pada bagian akhir, barulah Cornelis menyampaikan sambutan tanpa teks. Mantan bupati Landak ini mengingatkan bahwa kemenangan Henrikus Boyman Harun adalah kemenangan masyarakat Ketapang. Karena itu ia menghimbau agar seluruh masyarakat menerima Pemilukada ini. "Yang kalah jangan dianggap musuh tetapi dirangkul sama-sama membangun Ketapang. Yang menang jangan harus rendah hati, jangan sombong, jangan membusungkan dada. Bersatulah untuk membangun Ketapang," ujar Gubernur yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Kalbar ini. Cornelis menutup kata sambutannya dengan salam khas Dayak "Adil ka' talino, bacuramin ka' saruga, basengat ka' jubata" yang disambut tepuk tangan meriah seluruh hadirin.

Kemerdekaan warga pedalaman

Kemenangan Henrikus bisa dimaknai sebagai kemenangan warga pedalaman, Dayak khususnya yang sejak merdeka tahun 1945 belum pernah melihat ada warga Dayak yang menjadi Bupati di Ketapang. Selain itu, kemenangan Henrikus ini juga merupakan kemenangan warga Ketapang yang mengharapkan terjadi perubahan perbaikan.

Pada putaran kedua Pemilukada, bisa dikatakan suara masyarakat Dayak kompak memilih pasangan Henrikus-Boyman karena tidak ada lagi calon bupati Dayak seperti pada putaran pertama. Inilah kali pertamanya sejak tahun 1947 ada putra Dayak yang menjadi bupati di Ketapang. Sejak terbentuk tahun 1947, belum pernah ada kepala daerah Kabupaten Ketapang yang berasal dari putra Dayak. Pernah tahun 1970-1972 Denggol, putra Dayak Pesaguan, pernah menjadi pejabat bupati Ketapang. Dengan demikian Drs. Henrikus M.Si, putra Dayak Pesaguan, tercatat sebagai Bupati Dayak pertama di Kabupaten Ketapang.

Seorang intelektual Dayak yang enggan ditulis identitasnya sangat antusias menyambut bupati baru ini. Dengan biaya sendiri dari Pontianak ia datang ke Ketapang untuk merayakan sukacita warga Dayak di sana. "Soal program kerja, nanti sambil jalanlah. Yang paling penting dari kemenangan ini adalah kemenangan moral, harga diri. Selama ini, dari era penjajah Belanda, era kesultanan sampai kemerdekaan, Dayak di Ketapang ini selalu menjadi anak buah. Kali ini kita setara dengan warga lain,"jelasnya.

"Saya sangat terharu dengan kemenangan ini setelah puluhan tahun orang Dayak seperti menjadi warga kelas dua di Ketapang ini. Saya berharap Pak Hen memprioritaskan perbaikan jalan-jalan di pedalaman agar masyarakat pedalaman bisa lancar berusaha dan berurusan ke Ketapang," papar Hendro, warga Jungkal, kecamatan Tumbang Titi kepada KR.

Henrikus berhasil mengalahkan Yasir Ansyari, putra Morkes Effendi yang menjadi bupati Ketapang selama dua periode dalam Pemilukada putaran kedua. Pada putara pertama yang diikuti empat pasanga bupati/wakil tidak ada yang mendapat suara 30 persen sebagai syarat minimal kemenangan.
Dalam putaran kedua, Henrikus-Boyman Harun mendapatkan 116.079 suara; sedangkan Yasir Ansyari-Martin Rantan (YM) meraih 94.052 suara. Kubu Yasir-Martin tidak terima dengan hasil itu dan menggugat KPU ke Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka menggugat karena ada empat pelanggaran dan penyimpangan administratif, intimidasi, praktik politik uang dan pelanggaran penyimpangan lainnya.
Namun tuduhan itu semuanya tidak terbukti di pegadilan MK. “Mahkamah berpendapat bahwa permohonan pemohon (Yasir-Martin) tidak terbukti dan beralasan hukum, sehingga harus ditolak,” kata Hakim Konsitusi Acmad Sodikin membacakan hasil putusan. Putusan MK tersebut menguatkan pleno KPU Ketapang pada tanggal 12 Juli 2010 yaitu pemenang  Pemilukada Ketapang adalah pasangan Drs.Henrikus M.Si-Boyman Harun SH.
Keputusan MK itu disambut kegembiraan yang luar biasa dari para politisi pendukung serta masyarakat Kabupaten Ketapang. Beberapa menit setelah palu hakim MK diketuk, kabar ini sudah tersebar sampai ke pedalaman Kabupaten Ketapang dan Kalimantan Barat. Suhu politik di Ketapang agak memanas paska dua kali putaran Pemilukada pun berangsur normal.
Paska kekalahan putaran kedua, Golkar Ketapang bergerak cepat. Sejumlah 8 orang pengurus inti Golkar DPC Ketapang diberhentikan. Antara lain Immanuel (Wakil Ketua bidang pemenangan Pemilu), Syah Yulita (Wakil Ketua Bidang pemberdayaan Perempuan) dan Ketua Harian yang juga Ketua DPRD Ketapang Gusti Kamboja. Gusti dan kawan-kawan dinilai tidak loyal dan melanggar disiplin Partai Golkar. Namun Gusti balik mengancam dengan akan mencopot gelar Mangku Negeri yanag diberikan keeultanan Ketapang kepada Ketua DPD Golkar yang juga Ketua DPD Golkar Kalbar Morkes Effendi.

Melayani dengan adil

Henrikus kelahiran Ketapang, 13 Juli 1957 sebelum,nya wakil bupati Ketapang periode 2005-2010. Diusung PDIP, Demokrat dan PAN. Lulusan APDN Pontianak dan S1 Universitas Brawijaya, Malang dan S2 UGM. Penerima Tanda Kehormatan Satya Lencana dari Presiden SBY.

Karir politik dimulai ketika ia menjadi anggota Partai Golkar tahun 1980. Henrikus tergolong piawai dalam menggabungkan antara birokrasi dan politis. Ini terbukti selama lima tahun sebagai wakil bupati ia tetap kompak bersama bupati Morkes Effendi--beda dengan kebanyakan wakil bupati yang sering tidak akur dengan bupatinya.

Henrikus sangat konsen dengan duni pendidikan. Menurutnya pendidikan ibarat fenomena gunung es, yang nampak hanya permukaannya saja. "Pendidikan yang baik akan mempengaruhi kesejahteraan dan ekonomi masyarakat. Pendidikan, ekonomi dan kesejahteraan merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan,"katanya.

Visi Henrikus-Boyman adalah "mewujudkan kabupaten Ketapang yang aman, damai, adil dan sejahtera yang didukung oleh masyarakat yang cerdas, beriman serta aparatur pemerintah daerah yang bersih dan berwibawa". Mottonya "melayani dengan adil".

Ada lima misi pemerintahan Henboy. Pertama, mewujudkan Ketapang yang aman dan damai. Kedua, membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi strategis, jalan-jalan, produk pertanian, irigasi persawahan, serta infrastruktur lainnya dengan memperhatikan skala prioritas dan berkeadilan. Ketiga, mewujudkan pembangunan perekonomian masyarakat Ketapang yang berbasis agraris, perikanan dan kelautan, peternakan dan usaha kecil menengah dan koperasi. Keempat, mewujudkan masyarakat Ketapang yang cerdas, sehat dan beriman. Kelima, mewujudkan aparatur pemerintah daerah yang bersih dan berwibawa.

Henrikus dan Boyman mempunya program kerja 100 hari, diantaranya pembenahan infrastuktur dan pembangunan pertanian. “Infrastruktur jalan dan ketahanan pangan merupakan prioritas kami. Sekttor pertanian merupakan pekerjaan padat karya sehingga dapat menyerap tenaga kerja," papar Henrikus kepada wartawan seusai pelantikan.
Menurut Henrikus dalam program 100 hari nya juga terdapat program pemberantasan korupsi. KKN akan menjadi perhatian karena ingin mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. "Sesuai amanah Pak Gubernur Kalbar Drs Cornelis MH, mengatakan bahwa yang penting melayani masyarakat. Hal ini sesuai moto kami "melayani dengan adil", jadi kami siap menjadi pelayan masyarakat,” katanya.

Tentu Bupati tidak bisa sendiri membangun Ketapang yang merupakan kabupaten terluas di Kalbar tersebut. ia harus didukung seluruh komponen masyarakat. Rakyat, terutama para pemilihnya dan orang-orang yang mengharapkan perbaikan nasib, harus bersama-sama mengawasi dan memberikan kontribusi agar visi-misi Bupati bisa tercapai dan kesejahteraan bagi rakyat banyak benar-benar nyata di Ketapang.n

Komentar

Anonim mengatakan…
konfirmasi ke 2 gan…..ditunggu kunjungan dan link baliknya….makasih
jalan-kalimantan mengatakan…
makasih atas kunjungannya. tadi sy sudah kunjungi http://banuadayak.wordpress juga.

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami rupany