Langsung ke konten utama

Fajar Baru di Bumi Sebalo

Selasa, 10 Agustus 2010, sejarah baru sedang ditulis di Kabupaten Bengkayang. Hari itu adalah pelantikan Suryadman Gidot-Agustinus Naon sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bengkayang periode 2010-2015. Inilah bupati produk asli Kabupaten Bengkayang dan produk reformasi sehingga diharapkan bisa benar-benar membangun untuk kemajuan daerahnya.


Tepat pukul 09.30 WIB Selasa (10/8) pelantikan dimulai dalam sidang paripurna istimewa DPRD Bengkayang yang dipimpin oleh ketuanya Sebastianus Darwis. Pelantikan dihadiri sejumlah pejabat dari Pusat, provinsi, Bengkayang, perwakilan pemerintah kabupaten di Kalbar serta 60-an orang dari negeri jiran Serikin dan Kuching (Sarawak). Tak kurang sekitar seribu orang hadir di dalam dan luar gedung DPRD Bengkayang. Dari Pusat tampak anggota DPR dari Partai Demokrat Yahya Sakawia, pengurus Partai Demokrat dan Hanura (partai pengusung) dari Provinsi Kalbar dan Bengkayang, manta wagub LH Kadir, bupati Sekadau Simon Petrus, Wabup Kapuas Hulu Agus Mulyana, Wabub Sanggau Paolus Hadi, Wakil Wako Singkawang Edy R. Yakob, sejumlah kepala dinas provinsi, anggota KPU Bengkayang, 29 dari anggota DPRD Bengkayang juga hadir, tokoh masyarakat Bengkayang, para pengusaha dan warga nasyarakat umumnya.

Di jalan masuk dan depan gedung DPRD tampak berjejer ratusan baliho dan karangan bunga ucapan selamat dari lembaga maupun pribadi hampir sepanjang dua ratus meter. Di tepi jalan depan mess Pemkab Bengkayang juga berjejer baliho ucapan selamat.

Mengawali sambutannya Gubernur Cornelis menjelaskan makna pepatah Dayak "adil ka'talino, bacuramin ka' saruga, basengat ka' jubata", serta mengutip sejumlah ayat Injil. "Jabatan bupati dan wakil bupati ini adalah amanah. Jalankan sesuai iman dan kepercayaan serta menjunjung tinggi UUD 1945 dan Pancasila. Cinta kasih sesuai ajaran Yesus Kristus dalam Injil serta nilai-nilai luhur budaya Dayak harus dikedepankan dan harus bekerja keras. Soal hasil, terserah Tuhan,"bebernya.

Cornelis sempat berang karena ketika baru sekitar dua menit pidato, ada bunyi telpon genggam dari hadirin yang membuyarkan konsentrasinya.

Dalam sambutan yang terkadang tanpa teks itu, Gubernur Cornelis membeberkan sembilan perintah presiden RI kepada para kepala daerah. Cornelis mengingatkan Bupati dan Wakil Bupati baru agar menjaga hubungan baik antara Pusat dan Daerah. Ia menegaskan bahwa meskipun otonomi daerah, antara bupati/walikota tetap mempunyai hubungan dengan gubernur dan presiden. "Bukan berarti otonomi lalu sebebas-bebasnya. Hirarki pemerintahan itu sudah jelas dari atas ke bawah. Negara kita tidak memakai istilah state (Negara bagian-red),"jelasnya dengan nada tinggi.
Add caption

Ia menambahkan, "jangan sedikit-sedikit ke Jakarta, tapi utamakan hal-hal yang penting di daerahnya ditinggalkan. Mentang-mentang otonomi daerah, jangan semaunya. Kadang-kadang antara bupati dan wakilnya jalan sendiri-sendiri. Saya undang bupati dan walikota, tapi yang dikirim wakilnya. Padahal saya ingin menyampaikan hasil rapat dengan presiden," ujarnya sambil menanya hadirin bupati mana yang hadir dalam pelantikan bupati Bengkayang tersebut.


Gubernur dari PDIP ini juga menyampaikan bahwa jajaran pemerintah provinsi siap memberikan masukan, menjadi mitra konsultasi dan kordinasi pemerintah kabupaten/kota. "Kordinasi itu tidak haram, tidak jauth martabat kita kalau berkordinasi. Jangan sungkan dan ragu serta tidak diminta bayaran. Kalau ada yang minta bayaran, lapor saya, nanti hari itu juga langsung saya pecat,"tegasnya.

Cornelis mengingatkan agar kepala daerah jangan korupsi. "Hati-hati, sekarang ini banyak yang mengawasi kita. Ada anggota legislatif, polisi, jaksa, hakim, tentara, LSM dan UKP4. Hati-hati, kalau tidak, mampus kita,"katanya disambut gelak tawa hadirin.

Menurutnya belum tentu yang korupsi itu pejabat. Bisa saja karena kurang kontrol terhadap bawahannya, dibohongi anak buah. "Kita ini politisi. Kadang birokrasi itu hebat. Mereka pintar dan terdidik puluhan tahun. Kita paling hany abicara kebijakan. Kalau proyek harus dilihat aturannya, jangan asal teken saja, nanti ke parit kita,"ungkapnya.

Sebagai wakil pemerintah pusat di daerah Cornelis menyampaikan secara garis besar hasil rapat kerja para menteri dan para gubernur se-Indonesia di Bogor 5-6 Agustus 2010. Salah satunya adalah pesan presiden agar menyeimbangkan antara ekonomi makro dan mikro. "Pusat berusaha semaksimal mungkin memacu pertumbuhan ekonomi makro dan daerah harus memacu pertumbuhan ekonomi mikronya. Kalau pertumbuhan ekonomi nasional bagus tapi daerah tidur, jadi apa Negara ini. APBD bisa saja deficit, tapi tidak boleh lebih dari 3 persen, harus ditekan maksimal 1,7 persen. Saya sebagai kepala daerah wajib mengontrolnya. Iklim investasi di daerah juga harus dijaga supaya bisa membuka lapangan kerja," jelas Cornelis.

Menurut Cornelis, dana yang diberikan oleh pemerintah Pusat dan daerah sudah cukup. Maka jangan lagi ada anak-anak buta huruf, pelayanan kesehatan yang buruk sehingga angka kematian bayi dan anak tinggi. Semua sudah diberikan kewenangan kepada kelapa daerah mengurusnya. Nanti kalau ada apa-apa, jangan presiden yang disalahkan. "Saat rapat dengan presiden di Bogor diketahui ternyata pelayanan umum masih sangat rendah. APBD lebih banyak belanja pegawai,"paparnya.

Cornelis memperingatkan orang-orang partai politik agar jangan merongrong bupati dan wakil bupati. "Yang kalah harus menerima. PDIP kalah, ya harus terima. Jangan macam-macam lagi. Kalau mengkritisi di parlemen, mesti berbeda partai, harus rukun, Kalah harus diterima, namanya juga pertarungan ada kalah-menang. Ucapkan selamat untuk yang menang. Ini adalah suatu pembelajaran politik,"ujar ketua DPD PDIP Kalbar ini disambut tawa hadirin.

Ia mencontohkan, meski ia ketua DPD PDIP Kalbar dan calon bupati Bengkayang yang diusung PDIP kalah (Moses-Darwis), dan yanag menang adalah dari Demokrat, tapi ketika ditugaskan Presiden untuk melantik, maka ia lakukan agar tidak terjadi stagnasi pemerintahan; tidak membedakan.

Selesai pelantikan bupati dan wakil bupati, dilakukan pelantikan ketua PKK yang baru kepada Ny. Femi Oktaviani. Cornelis berpesan agar ibu-ibu PKK proakif dalam kegiatan untuk mengingatkan para orang tua khususnya tentang pentingnya pendidikan, kesehatan dan gizi keluarga.

Fajar baru

Bengkayang memulai sejarah baru di bawah Bupati termuda di Kalbar, yakni 39 tahun (15 Mei 1971). Dari perbincangan KR dengannya, terlihat ada semangat, energi dan jiwa muda yang menggebu-gebu untuk membangun kabupaten Bengkayang. Di sela-sela kesibukan mempersiapkan acara pelantikan, selain hal-hal ringan, KR sempat berbincang tentang bagaimana metode, pola terbaik agar masyarakat setempat (penduduk lokal-red) bisa sejahtera dengan masuknya industri perkebunan besar. Nasib masyarakat adat di tengah derasnya industri perkebunan sawit di sana merupakan satu persoalan yang sangat serius.

Bupati Gidot adalah sosok pemimpin daerah (bupati) yang lahir hasil produk reformasi di Indonesia. Bupati yang lahir, besar dan mencurahkan tenaga dan pikrirannya untuk daerahnya. Lumayan giat di aktivitas kemahasiswaan kampus maupun luar kampus pada akhir-akhir tumbangnya rejim Soeharto. Setamat kuliah, berbekal ijazah guru, Gidot mengajar di sekolah swasta di Bengkayang. Ketika orde Reformasi lahir dan bermunculan partai politik baru, Gidot pun aktif ke politik dan mengantarkannya menjadi anggota DPRD Bengkayang. Ketika terpilih pada periode kedua dan menjadi wakil ketua DPRD, ia pun berpasangan dengan Jacobus Luna dan terpilih sebagai wakil bupati. Sambil menjadi wakil bupati, ia bisa merebut posisi ketua Partai Demokrat Bengkayang. Kedudukan inilah yang memuluskan langkahnya menjadi calon bupati Bengkayang yang berpenduduk 211.883 jiwa yang tersebar di 17 kecamatan dan 120 desa ini.

Dengan latar belakang seperti itu, banyak pihak berharap agar Pak Gidot membawa perbaikan bagi rakyatnya yang tidak lain adalah saudaranya semua. Saudaranya, khususnya masyarakat adat yang merupakan warga terbanyak Kabupaten Bengkayang; sekaligus pendukung terbesarnya di 12 kecamatan sehingga bisa meraih kursi bupati. Tentu ia tidak rela melihat saudaranya sendiri hidup dalam kemiskinan dan keterasingan di tengah gencarnya kemajuan dan pembangunan di di kabupaten terkecil dibanding 12 kabupaten lain di Kalbar (3,68 persen dari keseluruhan luas Kalbar).

Tanggung jawab yang tidak mudah tentu saja. Masih banyak pekerjaan rumah yang mesti dibereskan Bupati Gidot yang secara umum bisa dilihat dari rendahnya Indeks pembangunan manusia (IPM). IPM yang merupakan indikator penting untuk melihat kemajuan pembangunan suatu wilayah harus terus ditingkatkan. Tahun 2006 IPM Bengkayang 65,7; indeks yang tergolong memprihatinkan. Yang paling rendah adalah komponen pendidikan (dilihat dari angka melek huruf maupun rata-rata lama sekolah). Masyarakat tentu menuntut janji kampanye Gidot-Naon yang akan memberikan pendidikan gratis dari SD hingga SLTA.

Tentu ia tidak berhasil jika sendirian. Segenap komponen masyarakat Bengkayang harus bersatu mewujudkan visinya "terwujudnya masyarakat Kabupaten Bengkayang yang sejahtera, cerdas, sehat, beriman, demokratis dan mandiri dalam keberagaman".

Ada 12 misi Bupati Gidot, antara lain meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan pendekatan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan kearifan lokal dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan. Kedua, peningkatan profesionalisme aparatur pemerintahan. Ketiga, membuka, meningkatkan dan memelihara sarana penunjang transportasi dan informasi. Keempat, pengembangan daerah perbatasan. Kelima, percepatan pembangunan desa dengan metode pembangunan desa mandiri. Keenam, menjadikan kabupaten Bengkayang disegani karena kemandirian masyarakat dalama berbagai sektor kehidupan.

Prioritas lima tahun ini menurut Gidot adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembukaan peluang usaha kepada rakyat. Tentu harus dilakukan bersamaan dengan sarana transportasi yang baik untuk pemasaran produk. Karena itulah perbaikan dan pembangunan jalan darat juga menjadi prioritas. Karena masyarakat disini banyak petani, maka akan disediakan bibit gratis untuk sejumlah komoditas perkebunan, seperti karet, kakao dan lainnya. Pendidikan dan kesehatan juga menjadi prioritas. Sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan akan terus ditingkatkan agar kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat semakin baik.

Perbatasan juga akan mendapat perhatian serius. Meski wewenang Pusat, Pemkab akan menjadikan kawasan perbatasan sebagai sentra-sentra pertanian, peternakan dan produk unggulan lainnya. Pemkab akan memfasilitasi dan menyediakan sarana-prasarana pendukung. Hasilnya bisa dijual ke dalam maupun tetangga.

Gidot dalam wawancara dengan KR (lihat KR Juli 2010) juga berjanji akan memberikan perhatian khusus untuk masyarakat adat. "Saya sangat menyadari bahwa mayoritas pemilih saya adalah masyarakat, khususnya masyarakat adat dari pedalaman/pedesaan. Saya menang di 12 dari 17 kecamatan. Nah 12 kecamatan itu semuanya di daerah pedesaan/pedalaman. Tentu akan ada program-program khusus yang akan Pemkab siapkan untuk memberdayakan perekonomian masyarakat pedesaan; untuk memperkuat adat istiadat dan budaya mereka. Intinya agar masyarakat adat tidak ketinggalan dalam segala hal dengan anggota masyarakat lainnya,"urainya.

Mantan Bupati Bengkayang Jacobus Luna berharap agar Gidot-Naon meneruskan sejumlah program pada masa kepemimpinannya. Yakni pengentasan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan rakyat. "Saya siap mendukung Pak Gidot dan Pak Naon dan siap memberikan kontribusi jika diperlukan,"ujarnya kepada KR di Mess Daerah Pemkab Bengkayang sambil menunggu kedatangan Gubernur Cornelis pukul 22.00 WIB.

Bagi Luna, Bupati Suryadman Gidot dan Agustinus Naon bukanlah orang baru. Gidot adalah mantan wakilnya dan Naon adalah salah seorang staffnya di Pemkab. "Saya berharap bupati dan wakil bupati baru ini akan membawa perubahan bagi kabupaten Bengkayang. Saya siap membantu mempromosikan potensi Bengkayang agar dikenal orang luar,"ujar mantan Sekda Kabupaten Pontianak dan Bupati Bengkayang dua periode ini.

Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Bengkayang A. Acam mengharapkan agar Gidot lebih memperhatikan nasib masyarakat di pedalaman dan perbatasan. "Semoga pemerintah memberikan mereka akses dan dukungan sehingga masyarakat pedalaman bisa lebih berkembang, bisa hidup lebih baik. Saya yakin Gidot yang merupakan putra asli Bengkayang dan masih muda, energik, bisa membawa perubahan bagi masyarakat,"harap Acam dalam perbincangan dengan KR di rumah pribadi Bupati Gidot.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bara Tarakan Membakar Kedamaian Kalimantan

Siapa sangka Kota Tarakan, Kalimantan Timur yang selama ini aman dan damai ternyata menyimpan bara yang panas. Bara itu membesar dipantik pemalakan sekelompok pemuda. Lima nyawa melayang. Bagaimana, mengapa sesungguhnya konflik itu? Siapakah suku Tidung dan Bugis Letta? Tidak pernah ada yang menyangka hari Senin 27 September 2010 menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah masyarakat kota Tarakan. Daerah dengan motto B ersih , A man , I ndah , S ehat dan sejahtera (BAIS) itu tiba-tiba tegang, mencekam seperti kota mati. Puluhan ribu orang mengungsi. Padahal hari Minggu sebelumnya dari pagi sampai dinihari aktivitas warga berjalan normal. Umat Kristiani menjalankan ibadah hari minggu di gereja, umat lainnya ada yang beraktivitas santai, banyak juga yang bekerja seperti biasa. Namun keadaan tiba-tiba berubah menjadi tegang dan mencekam mulai diniharinya. Ketegangan bermula ketika pada Minggu sekitar pukul 22.30 WIT terjadi perkelahian tidak sei

Hasan Karman dan Prahara Singkawang

Akibat makalahnya, Walikota Singkawang Hasan Karman bak duduk di kursi pesakitan. Mengapa tulisan yang dipresentasikan dua tahun silam itu bisa memantik amarah masyarakat Melayu? Benarkah peristiwa ini kental nuansa politisnya? Tidak seperti biasanya, Hasan Karman yang biasanya ceria, mudah senyum dan welcome dengan para wartawan, selama hampir dua minggu sejak 28 Mei 2010 mendadak berubah total. Walikota Singkawang pertama dari warga Tionghoa ini serba salah. Bicara salah, tidak bicara juga salah. Ia benar-benar tedudok (terdiam-red) bak seorang pesakitan di tengah gencarnya protes, kritikan terhadap dirinya sebagai walikota Singkawang. Baik lisan, tulisan maupun aksi-aksi anarkis; dari demonstrasi hingga terror pembakaran di sejumlah tempat di kota Singkawang. Singkawang pun sempat mencekam beberapa hari. Toko-toko tutup, orang merasa was-was; bayangan konflik kekerasan masa silam menghantui warga. Konflik bermula pada hari Jumat, 28 Mei 2010. Setelah shalat Jumat, Mess Daerah K

Resonansi Pontianak-Tumbang Titi (Ketapang)

Minggu lalu (kamis 5 Juli 2012) saya menumpang sebuah mobil biro jasa travel jurusan Pontianak-Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang. Saya memesan kursi paling depan alias dekat sopir. Pukul 09.00 pagi mobil pun datang. Ternyata belum ada penumpang di dalamnya. “Karena Bapak mau duduk paling depan maka pertama dijemput. Kita akan jemput beberapa penumpang lain lagi. Mohon sabar,Pak,”pinta sang sopir. Fery KMP Saluang, Tayan-Piasak Benar saja, saya harus benar-benar sabar. Dari pukul sembilan, ternyata mobil tersebut menjemput penumpang ke Tanjung Hulu, lalu ke Sungai Raya Dalam, ke Jalan Setiabudi-Gajahmada dan terakhir Jalan Merdeka. Dari jalan Merdeka barulah kami berangkat. Pas masuk jembatan Kapuas Dua jarum jam saya menunjukkan pukul 11.00 wib. Ternyata untuk mendapatkan kursi duduk dekat sopir, saya harus membayarnya cukup mahal, yakni dibawa berputar keliling kota Pontianak selama dua jam. Belum berjalan sesungguhnya, kepala sudah pusing.  Apa yang saya alami rupany