Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Mengenalkan diri ke warga kota Ketapang (8-11 Feb.2014)

 Selama empat hari awal Februari (8-11 Feb.2014) saya mengenalkan diri ke warga Ketapang; baik secara langsung maupun melalui media promosi. Terima kasih atas penerimaan yang baik dari keluarga, kerabat, kawan dan warga di Kota Ketapang, Manjau, Kepayang, dan khususnya Keluarga Besar Dayak Pesaguan (KEBODAP). Terima kasih telah memberi saya kesempatan berkenalan dan ikut arisan di rumah Bik Yulen. Semoga kerja sama sama dukungan ini membuahkan hasil yang maksimal pada Pileg 9 April 2014 Rumah Bik Yulen-arisan KEBODAP

Manjau,Potret Trans Lokal Yang Berhasil

Jalan di kampung Manjau Sekitar 35 kilometer dari ibu kota Ketapang kita akan sampai di kampung Manjau, Desa Laman Satong. Inilah satu diantara empat kampung warga Dayak yang masuk wilayah kota Ketapang; selain kampung Kepayang, Nek Doyan dan Kecurap. Keberadaan warga Dayak di kampung ini adalah hasil proyek transmigrasi lokal Keuskupan Ketapang. Kampung ini bisa dikatakan sebuah contoh transmgrasi lokal yang berhasil. Hari minggu (9/2) saya bersama Suharto, Jeno Leo dan Anti-Paidin berkesempatan bertemu dengan warga Manjau ini. Keberadaan trans lokal di manjau bermula tahun 1972. Kala itu Uskup Ketapang, Mgr.G.W. Sillekens melalui Delegasi Sosial (Delsos) membuat sejumlah proyek, antara lain proyek pertanian dan peternakan di Manjau. Dulu ada balai pelatihan pertanian dan ternak. Proyek ini berkelanjutan dan mulai tahun 1981 didatangkanlah warga Dayak Mali dari dari beberapa kampung di Kecamatan Balai-Batang Tarang Kabupaten Sanggau sebagai transmigrasi lokal.