Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

Saatnya Menyantap si Manis Asam: SIRSAK

 Lima tahun yang lalu, di depan rumah saya ada dua batang phon sirsak. Rajin sekali tumbuhan ini berbuah, sepanjang musim ada terus buahnya. Karena rasanya manis-manis asam, maka saya bersama isteri dan anak-anak kurang suka mengkonsumsinya. Buah yang masak di pohon sering kami biarkan jatuh dan menjadi pupuknya. Dua pohon sirsak itu--dan sebatang pohon jambu air yang setiap saat berbuah lebat--terpaksa saya tebang karena mengganggu ketika tukang membuat pagar rumah kami. Belakangan ini, akhir tahun 2010 dan awal tahun 2011, tanaman sirsak menjadi ramai dibicarakan, terutama setelah Majalah Trubus Nomor 494 tahun 2010 membuat laporan utama tentang khasiat buah dan daun sirsak untuk mengobati aneka penyakit. Trubus adalah majalah pertanian, peternakan, perikanan, perunggasan yang paling populer di Indonesia. Sejak itu, kabarnya banyak orang mulai mengkonsumsi sirsak untuk kesehatan dan pengobatan, termasuk kami sekeluarga. Saya pun bulan lau (Januari 2011) kembali menanam dua empat po

Hore…Unas Tidak Mutlak Lagi

Tahun ini, anak tertuaku, Paulus Raja Nanga Petebang, 11 tahun, di SD Bruder Kanisius, Kota Pontianak, akan tamat sekolah dasar. Ini pengalaman pertama sebagai orang tua, ada anak yang akan mengikuti ujian akhir nasional (UAN). Maklum, selama ini UAN menimbulkan sejumlah persoalan bagi siswa dan orang tua. Ada beberapa kasus, anak yang pintar tapi tidak bisa lulus UAN sehingga dia merasa rendah diri atau bahkan stress. Cerita-cerita miris tentang siswa yang tidak lulus UAN semapt membuat saya dan isteri kuatir juga. Meski Raja tidak pernah keluar dari lima besar di kelasnya yang berjumlah 45 siswa itu--bahkan sewaktu kelas 2 menjadi juara umum di sekolahnya sehingga mendapat beasiswa.   Semula ada kekuatiran kalau-kalau hasil ujian akhir naisonal (UAN) mempengaruhi mentalnya. Syukurlah, mulai tahun 2011 Unas tidak lagi satu-satunya penentu kelulusan siswa . H asil Unas bukan lagi satu-satunya penentu kelulusan siswa. Namun hasil Unas tetap penting bagi siswa yang ingin melanjutkan k

Merayakan 13 Tahun Kebebasan Tionghoa Indonesia

Untuk ketiga belas kalinya sejak masa reformasi tahun 1998 masyarakat Tionghoa di Indonesia umumnya dan Kalbar khususnya dapat merayakan kebebasan mereka, khususnya kebebasan merayakan Tahun Baru Imlek dan Capgomeh dengan meriah dan dengan leluasa, tanpa ada hambatan. Tahun 2010 lalu selama seminggu kawasan jalan Diponegoro ditutup untuk dijadikan seperti kawasan pecinan. Di kawasan itu menjadi pusat kegiatan budaya Tionghoa, ada pameran, ada kuliner dan sebagainya. Beragam acara disuguhkan, seperti lomba tarian, nyanyian, pagelaran seni budaya. Tahun 2011 perayaan Imlek dan capgomeh diserahkan walikota Pontianak kepada Yayasan Bakti Suci; beda dengan tahun sebelumnya yang dikordinir Majelis Adat dan Budaya Tionghoa (MABT) Kal bar. Walikota Pontianak Suratmidji melarang atraksi tatung di kota Pontianak dan arakan naga pun hanya di jelan tertentu.  MABT tak habis akal. Mereka menggelar perayaan Imlek dan Capgomeh di Kabupaten Kubu Raya yang hanya beberapa ratus meter dari wilayah